SELAMAT DATANG
Berapa modifikasi motor / mesin balap yang di ambil dari sumber tabloid MOTOR PLUS.
KURSUS MEKANIK
NUANSA MOTOR ENGINEERING SCHOOL
Jln. Teuku Umar, Kel. Pasir Putih, Kec. Rimbo Tengah
MUARA BUNGO - JAMBI
Telp. 0747 321715 - hp. 085266010191 - Email. nuansa_motor@ymail.com
Berapa modifikasi motor / mesin balap yang di ambil dari sumber tabloid MOTOR PLUS.
Sabtu, 09 Agustus 2014 19:03 WIB
Honda Blade 2013 (Karawaci)
Modifikasi Honda Blade 2013, Tiket Menuju Senior
Penulis : Belo
Foto : Boyo
Honda Blade andalan tim
Kekar GM IRC Oei Racing Team sukses mengantarkan Chikal Faisal sebagai
kampiun Region 2 Junior tahun lalu. Di musim balap 2014, besutan racikan
Adlan Songa ini kembali dipacu pembalap Junior Febry asal Kalimantan
Timur. Ia mencoba menuju jenjang senior dengan setting motor yang
andalkan power menegah.
Songa yang awalnya mekanik road race,
sudah paham karakter pacuan tanah macam grasstrack. “Untuk balap
grasstrack amannya bermain di rentang 4.000 - 5.000 rpm,” bilang tunner
yang tinggal dibilangan Ciledug, Tangerang.
Makanya enggak perlu lagi bermain rasio
kompresi mesin terlalu tinggi buat terapkan karakter itu. Cukup di
rentang 12,2 : 1 dengan mengandalkan bahan bakar Pertamax Plus. Rasio
segitu didapat dari pemakaian piston Izumi diameter 54,5 mm dengan pucuk
model jenong. Head silinder dipapas 0,1 mm.
Untuk ciptakan karakter power di putaran
tengah, profil kem diatur ulang. Durasi kem isap atau in dibikin 275°.
Sedang kem ex-nya ditata 276°. Kemudian tinggi angkatan klep diseting
sejauh 9,5 mm biar bisa menelan asupan gas sebanyak-banyaknya dan
memperlancar aliran sisa pembakaran. Profil segitu untuk dorong klep in
yang mengusung diameter payung 29 mm dan 23,4 mm (ex).
Guna menciptakan pembakaran sempurna di
ruang bakar, pengapian diupgrade. Koil andalkan punya Yamaha YZ125,
didukung CDI BRT Super Pro. Pamungkasnya, saluran gas buang ditukar
pakai produk Oei Racing.
Paling sip ramuan gigi rasionya, didapat
dari tim balap Honda di ajang road race. “Saya pasang rasio Honda Blade
tipe 9. Aslinya buat pacuan road race untuk karakter sirkuit banyak
tikungan patahnya. Macam di trek dadakan. Ternyata cocok buat lintasan
grastrack,” tutup Songa sembari bilang pakai rasio dari AHM ini enggak
pernah ada kendala saat di lintasan. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIBan depan : Kenda 90/80-19
Ban belakang : Kenda 100/70-16
Knalpot : Oei Racing
CDI : BRT Super Pro
Sok depan : Yamaha YZ85
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Kamis, 14 Agustus 2014 17:00 WIB
Suzuki Satria F-150 2012 (Jakarta)
Modifikasi Suzuki Satria F-150 Harlan Fadhilah, Rahasianya Ada di Head!
Penulis : Indra
Foto : Aji, Athaya
Untuk bisa melesat cepat
secara konstan, tidak harus dengan power mesin besar. Nih, buktinya!
Besutan milik Harlan Fadhilah yang belum lama ini sukes menjuarai kelas
psort 150 cc pada IRS seri 2 di sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Sebelumnya, tenaga dapur pacu Suzuki
Satria F-150 Harlan ini ketika didyno di atas mesin Dynojet 250i buatan
Amrik milik Bintang Racing Team (BRT), berhasil raih power 23,5 hp.
Namun, pencapaian segitu justru kerap undang masalah di trek. Ketahanan
dan kestabilan mesin suka tergangu.
Dari pengalaman itu, bengkel racing yang
bermarkas di Cibinong, Jawa Barat ini coba ramu ulang dapur pacunya.
Utak sana, atik sini. Power diturunkan sedikit jadi 22,75 hp, dengan
torsi 12,95 Nm/12.000 rpm. “Power gede tidak menjamin bisa menang.
Durability dan kestabilan performanya pegang peran penting,” tukas Tomy
Huang, bos BRT.
Buktinya, ubahan mesin masih seperti
sebelumnya. Rasio kompresi diset 11,8: 1 pakai piston jenong Wiseco
untuk Kawasaki Ninja 250 yang diameternya sama kayak Satria F-150 (62
mm). Termasuk, porting saluran masuk dan buang yang diukur flowbanch.
Profil kem pun masih menerapkan durasi
281° di bagian ex (membuka di 61 sebelum TMB, dan menutup di 40 setelah
TMA) dan 267° pada in (membuka di 31 sebelum TMA, dan menutup di 56
setelah TMB). Lift klep ex 8,18 mm dan in 8,38 mm. “Secara keseluruhan
tidak ada ubahan signifikan di mesin. Hanya saja, ada bagian di head
yang didesain spesial untuk menjaga durability. Sehingga, sanggup
digeber di putaran tinggi dalam waktu lama,” bisik Tomy Huang. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIBan depan : FDR 90/80-17
Ban belakang : FDR 90/80-17
Knalpot : R9 Racing
Sok belakang: Kayaba
Kaliper rem: Nissin
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Minggu, 13 Juli 2014 11:40 WIB
Yamaha Jupiter-Z 2007 (Ponorogo)
Yamaha Jupiter-Z 2007 Ponorogo, Ramuan Beringas di Bawah dan Tengah
Penulis : Candra
Foto : Candra
Hampir di semua gelaran
balap, kini diwajibkan pakai bahan bakar Pertamax Plus. Itu sebabnya
David Surya Pratama, juragan tim Aurora AMRF NHK CLD Primaax Creampie
GDT (AANCPCG), enggan gonta-ganti settingan yang bikin dana membengkak.
Mereka kini fokus seting mesin berdasarkan Pertamax Plus.
“Untungnya bahan bakar ini juga bisa
diseting sesuai karakter pembalap. Kayak yang diterapkan mekanik kami,
Erwin Yunanto pada pacuan Faisol Sidoel,” bilang David.
Faisol lebih doyan ubahan mesin yang
maksimal di putaran bawah ke tengah. Sedang untuk atasnya hanya
menysuaikan kebutuhan sirkuit yang non permanen. Untuk bisa dapat itu,
modalnya Erwin terapkan rasio kompresi mesin 12,4 : 1. Rasio segitu
tergolong rendah buat pacuan balap, tapi terbilang tinggi saat pakai
Pertamax Plus.
Caranya, dengan menjejali blok silinder
pakai piston Kawahara berprofil jenong yang dome-nya diset 1,5 mm.
“Diameter piston 55,25 mm untuk kejar 130 cc. Posisi pemasangannya
dibuat mendem sekitar 0,4 mm dari bibir liner,” bilang mekanik berambut
cepak ini.
Mendem segitu setelah paking blok silinder
pakai setebal 0,5 mm dari bahan aluminium. “Enaknya pakai paking
aluminium, ketebalan paking nggak mudah menyusut ketika mesin panas,”
ungkap tuner asal kota sate Ponorogo. Efeknya, kompresi selalu terjaga
optimal. Sehingga performa mesin selalu stabil.
Selain kompresi, tentu korekan mesin juga
pegang peran signifikan. Guna mengail asupan gas deras ke ruang bakar,
serta memlancarkan pembuangan gas hasil pembakaran, klep diganti gede.
“Pakai punya Honda Sonic. Diameter in 26 mm, sedang outnya 23 mm. Profil
kem juga dirancang ulang dengan tinggi angkatan klep (lift) mencapai
9,3 mm,” bilang mekanik berbadan tegap ini.
Terakhir, mengimbangi karakter balap
Faisol yang liar, magnet bawaan motor dibubut biar lebih enteng.
“Bubutnya sampai dapat 700 gram. Itu sudah cukup kok untuk bikin putaran
as kruk akan makin ringan,” tutup Erwin.
Ramuan itu mengena. Di kelas Bebek 4-Tak
115 cc Tune Up (MP3) kejurda Jatim, Jupiter tim AANCPCG ini mampu
dominasi hampir di tiap seri. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIBan dpn.blkg : Primaax, 90/80-17
Sok belakang: YSS double click
CDI : Rextor Pro Drag
Knalpot : Creampie
Karburator: Mikuni TM
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Sabtu, 05 Juli 2014 19:26 WIB
Honda Blade 110 2008 (Aceh)
Modifikasi Honda Blade 110 2008 Aceh, Dari Bawah Sudah Ngisi Gimana Tengah Atasnya
Penulis : Panji
Foto : Tining
Karakter balap Abdul
Malik, “saat keluar tikungan, power mesin wajib ngisi,” curhat Purwanto,
chief mekanik tim Capella Honda FIF NHK Racing Team. Menyiasati itu,
mekanik asal Bagan Batu, Sumatera Utara ini meracik kem dengan durasi
tinggi di Honda Blade pacuan Malik.
Saat turun di One Make Race HRC Blade
Racing Championship di alun-Alun Kota Stabat (25/6) lalu, kem in dibikin
277° dan klep ex cukup 270. Rinciannya, valve isap membuka di 33°
sebelum TMA dan menutup 64° sesudah TMB. Sedangkan klep buang open di
56° sebelum TMB dan menutup 34° setelah TMA. Angka segitu untuk membuka
klep berdiameter 27,5 mm (in) dan 23 mm (ex). Lobe Separation Angle
(LSA) diset 102°.
Lalu rasio kompresi dibuat enggak terlalu
tinggi 12,7:1. Didapat dari pemakain piston berdiater 51,25 mm yang
dikombinasi kruk as Honda Supra X 125 dengan stroke 57,9 mm (kapasitas
silinder jadi 119,3 cc, dibulatkan 120 cc).
Bibir piston dibikin mendem 0,4 mm. Paking
blok hanya pakai setebal 0,2 mm. Sehingga, total mendem jadi 0,6 mm.
Sebenarnya pada pacuan balap, clearance segitu kadang riskan terhadap
endurance mesin. Biasanya, mekanik bermain di angka 0,8mm-0,9 mm.
Tapi, Purwantro berani mengambil keputusan
itu. Pasalnya, karakter sirkuit non permanen Alun-Alun Kota Stabat
banyak dihiasi trek pendek. Sehingga, kitiran mesin enggak perlu terlalu
teriak. Sehingga dirasa aman dibuat mendem 0,6 mm. Biar mesin adem,
karburator TM 24 dijejali spuyer agak ‘basah’. “Pilot-jet 30 dan
main-jet 165,” jelas ayah satu anak ini.
Agar makin sempurna melibas sirkuit pasar
senggol, sok belakang dipilih merek Daytona. Tentu setingan dibikin
keras supaya cepat balik kala melahap tikungan. Hasilnya, mesin Blade
enggak jebol, malah pembalap bernomer start 45 ini berhasil merajai
kelas HRC 1 (Bebek 4- tak Tune up Seeded) dengan naik podium pertama.
Padahal kalau dihitung volume silinder
yang dihasilkan dari kombinasi piston berdiameter 51,25 mm plus stroke
57,9 mm, Blade ini hanya mencapai 119,3 cc. Congrat’z, bro! (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASICDI: BDT Superpro
Ban depan: FDR MP57 90/80-17
Ban belakang: FDR MP76 90/80-17
Koil: Standar
Cakram depan: Daytona
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Sabtu, 21 Juni 2014 09:28 WIB
Yamaha Jupiter-Z 2009 (Yogyakarta)
Modifikasi Yamaha Jupiter-Z 2009 Yogyakarta, Pacuan Hendriansyah Yang Bikin Pembalap Muda Ketar-Ketir
Penulis : Nurul
Foto : Nurul
Kiprah Hendriansyah
sebagai wildcard di ajang Indoprix Championship (IPC) 2014, bikin
pembalap muda ketar-ketir. Benar saja, meski sudah tidak muda lagi,
Hendri berhasil sabet double winner di seri kedua IPC yang digelar di
sirkuit Skyland, Sekayu, Sumatera Selatan belum lama ini. Wah, tua-tua
keladi nih, hehehe..
Racikan Yamaha Jupiter-Z tunggangan Hendri
juga menarik diteliti. Pasalnya, motor yang sudah tidak diproduksi lagi
ini bisa mengubur dominasi Jupiter Z1 yang belakangan berkuasa di ajang
Indoprix.
“Daya tahan mesin dan seting suspensi yang
pas jadi kuncinya. Paling utama peran suspensi, harus benar-benar
diperhatikan agar cengkraman ban tetap terjaga hingga akhir putaran,”
ucap Torana Tuladong, juru korek tim Evalube Go & Fun Nissin FDR KYT
HRP Gandasari.
Pada seri dua lalu, peran suspensi sangat
diperhatikan untuk menjaga kondisi ban yang sangat mudah terkikis. Di
Jupiter Z, sok belakang diseting lebih empuk dibandingkan dengan
setingan sok yang sama saat main di sirkuit Karting, Sentul (Jawa Barat)
seri 1 silam. Tujuannya, agar kerja ban tidak terlalu keras meredam
guncangan di trek bumpy.
Untuk mengangkat performa mesin, Torana
andalkan piston forging buatan Kawahara berdiameter 55,25 mm. Dengan
stroke standar Jupiter-Z yang 54 mm, kapasitas silinder meningkat jadi
129,1 cc.
Klep pakai milik Honda Sonic dengan
kombinasi bagian isap 28 mm, dan klep buang 24 mm. Sitting klep pakai
bahan beryllium copper atau BeCu, buat jaga kompresi yang dipatok 12,2 :
1 gak mudah bocor dan selalu konstan.
“Durasi noken as diset 282 di bagian isap,
dan buangnya 280. Rinciannya, klep isap membuka 40 sebelum TMA dan
menutup 62 setelah TMB. Klep buang membuka 62 sebelum TMB, dan menutup
38 setelah TMA. Lift keduanya 9,2 mm dengan overlap 3,6 mm,” tutup
mekanik yang bermarkas di Yogyakarta ini. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIBan: FDR Sport FR 75
CDI: BRT I-Max Super Pro
Knalpot: R9
Koil: Yamaha YZ 125
Sok belakang : YSS
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Sabtu, 14 Juni 2014 17:46 WIB
Honda Blade 2013 (Medan)
Modifikasi Honda Blade 2013 Medan, Terapkan Kompresi Ideal Untuk Bisa Kedepan
Penulis : Belo
Foto : Belo
Dalam dua seri OMR Honda
region Sumatera Utara di sirkuit Pacing, Medan dan Stabat, Honda Blade
pacuan Adrian Aritonang dari Tim Honda Indako NHK FDR SSS selalu tampil
juara di kelas MP4 (bebek 4-tak tune up 110 cc pemula). Ini tidak lepas
dari ramuan sang mekanik, Sardin Gorad Pasaribu yang coba terapkan
kompresi ideal buat minum Pertamax Plus.
“Regulasi OMR Honda harus menggunakan
bahan bakar oktan 95 atau Pertamax Plus. Makanya sejak akhir tahun lalu
sudah mulai riset dan hasilnya cukup memuaskan,” kata mekanik yang hobi
pakai topi rimba ini.
Agar motor bisa melesat cepat di trek
lurus maupun saat keluar masuk tikungan, ia harus jeli tentukan
perbandingan kompresi yang tepat. “Dari beberapa kali coba-coba, rasio
12,3 : 1 lah pas. Cuma turun sedikit dibandingkan waktu pakai bensol,”
lanjutnya
Dengan perbandingan tersebut, sukses
mengail tenaga gede sejak rpm bawah, tengah hingga atas. Tentunya
didukung pula dengan ubahan pada komponen mesin lainnya. Oh iya,
perbandingan segitu didapat Sardin setelah jejalkan piston jenong merek
FIM berdiameter 51,25 mm. Diteruskan memapas cylinder head sebanyak 0,8
mm dan mendesain kubah berbentuk bath-up.
Kemudian guna memancing campuran gas yang
banyak ke ruang bakar serta memperlancar pembuangan gas hasil
pembakaran, profil kem dirancang ulang. Bagian in diset membuka di 34
sebelum TMA dan nutup di 58 setelah TMB (durasi 272°). Sedangkan ex-nya
diatur membuka di 56 sebelum TMB dan nutup di 35 setelah TMA (271).
Sebagai pintu keluar masuk campuran gas
dan sisa gas buang, ditugaskan klep in 26 mm dan out 23 mm. Pengabutan
bahan bakarnya dikomandoi Mikuni TM 24 mm, dengan kombinasi main jet 170
dan pilot jet 27,5. Plus nozel tipe P5. Knalpot pakai produk keluaran
AHM.
Satu lagi yang jadi andalan besutan Adrian
ini, yakni pada bagian kampas koplingnya. “Saya tetap andalkan rumah
kopling tipe KWB yang masih model diafragma bukan per. Ini membuat
putaran atas motor lebih ngisi,” tutupnya .
Salut! (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASISok belakang: Ohlins
Pelek depan: 1,40 x 17
Pelek belakang: 1,60 x 17
Ban: FDR MP76 90/80-17
Knalpot: AHM
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Minggu, 15 Juni 2014 09:40 WIB
Yamaha Jupiter-Z 2008 (Semarang)
Modifikasi Yamaha Jupiter-Z 2008 Semarang, Rumusan Untuk BBM
Penulis : Niko
Foto : Niko
Perubahan menggunakan
Pertamax Plus di motor Rizky sudah diterapkan di kejurnas grasstrack
region 2 untuk musim ini. “Hasilnya sama aja, lho. Motor juga bisa
kencang,” ujar Rizky yang di seri terakhir kejurnas garuk tanah seri IV,
Pandeglang (25/5), jadi kampiun pertama Bebek Modifikasi 4-tak 130 cc
Senior.
“Problem awalnya, power waktu keluar
tikungan. Kalau pakai bensol, tenaga bisa cepat keluar. Tapi Pertamax
masih agak nahan,” beber Imam, pemilik Malabar Motor Sport (MMS),
Semarang.
Kendala inilah yang dilacak Imam yang
pernah jadi salah satu tunner road race papan atas nasional. “Durasi kem
sih sama aja. Tapi, enggak tahunya butuh overlap rendah kalau pakai
Pertamax Plus,” jelas juru korek yang sudah berumur 41 tahun itu.
Sebelumnya, Imam mengeset overlap klep in
dan out antara 3,8 mm sampai 3,9 mm. Ukuran ini disamakan saat
menggunakan bensol. Tapi, setelah dites berkali-kali baru deh ketemu
tinggi overlap 3,7 mm sampai 3,75 mm dengan bensin Pertamax Plus.
“Overlap rendah dengan bensin Pertamax
Plus tenaga mesin jadi cepat keluar waktu keluar tikungan,” bilang Imam.
“Jadinya terasa enggak beda dengan pakai bensol,” timpal Rizky yang
baru tahun ini naik ke kategori Senior di kejurnas grasstrack.
Menggunakan Pertamax Plus juga butuh
kompresi rendah. Imam mematok paling tinggi 12,5 : 1. “Tinggi dome
piston pun penting. Pakai bensol tinggi kepala piston bisa 3,5 mm. Tapi,
setelah pakai Pertamax Plus tinggi dome piston cuma 2 mm,” kata Imam
yang berkulit sawo matang.
Setelah ruang bakar ketahuan
spesifikasinya, tinggal settingan karburator. Seting komponen pengabut
bensin dan udara ini pastinya disesuaikan kondisi temperatur di sirkuit.
“Tapi, prinsipnya spuyer pilot-jet dan
main-jet pasti naik tinggi kalau pakai Pertamax Plus. Pakai bensol di
temperatur panas main-jet 108. Pas pakai Pertamax Plus jadi 118,” ujar
Imam.
Naiknya spuyer untuk menjaga temperatur
mesin supaya enggak naik kelewat tinggi. Semakin banyak suplai bensin,
semakin dingin ruang bakar. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIBan depan : Swallow 70/100-19
Ban belakang : Swallow 90/100-16
Knalpot : AHRS
Piston: Daytona, 55,5 mm
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Senin, 12 Mei 2014 19:26 WIB
Modifikasi New Honda Blade 2013 (Bandung)
New Honda Blade 2013 Bandung, Pecahkan Rekor Sentul Kecil Yang Pernah Dicetak Sigit PD Tahun Lalu
Penulis : Athaya
Foto : Yudi, Athaya
Rekor sebelumnya yang
dicetak Sigit PD tahun lalu di sirkuit Karting, Sentul, Jawa Barat
dengan catatan waktu 57,845 detik, di seri 1 Indoprix (27/4) kemarin
pecah oleh I Gede Arya jadi 56,333 detik di atas New Honda Blade 110 cc
andalan Honda Daya KYT Nissin Daytona IRC.
Tak heran bila pembalap yang akrab disapa
Ucil ini mampu menunjukkan perlawanan sengit terhadap barisan Garputala
yang mendominasi lini depan pakai Z1 sejak race 1. Malah di race ke-2
Ucil sempat memimpin jalannya lomba hingga 1 lap lagi menjelang finish.
Meski di pertengahan lomba Fitriansyah
Kete sempat mengambil posisi terdepan, namun Ucil hanya butuh 1 lap
untuk ambil alih pimpinan. Sayang, masuk lap terakhir Blade Ucil
melintir di tikungan parabolik jelang R2. “Lari motor kayak mau out,”
tukasnya.
Banyak kalangan mengakui performa Blade
Ucil ini memang dahsyat. Terbukti sanggup melawan Z1 yang ada campur
tangan teknisi dari Yamaha Jepang. Sementara Blade Honda Daya ini murni
korekan mekanik lokal, yakni digarap Suhartanto ‘Kupret’.
Power maksimum yang mampu dimuntahkan
dapur pacunya kata Kupret tembus 19,5 hp di putaran 13 ribu rpm di atas
mesin Dyno Star milik Daytona. “Tapi, torsinya cuma 12,6 Nm/9.500 rpm.
Sengaja nggak gede-gede, biar tak terlalu liar buka-bukaannya,”
imbuhnya.
Untuk mendapatkan performa segitu, item
ubahannya antara lain piston pakai keluaran Daytona diameter 51,25 mm
untuk kejar volume silinder 115 cc. Rasio kompresi mesin diset 12,2 : 1.
Trus, untuk memperderas aliran campuran
gas ke ruang bakar, lubang inlet di bagian luar digedein jadi 25 mm.
Lalu, yang arah ke sitting jadi 24 mm. Tapi, bagian tengahnya dibuat
membesar.
Mengimbanginya, klep in digedein pakai
produk EE diameter 27 mm. Sedang ex-nya pakai diameter 23 mm yang
kemudian diikuti merancang exhaust port yang dibikin membesar di bagian
ujung. Yakni 23,5 mm, agar aliran gas buang makin lancar.
Nah, untuk menyemburkan kabut Pertamax ke
ruang bakar, ditugaskan karbu Mikuni TM24 kombinasi spuyer 30/185 (pilot
jet/main jet). Dilanjutkan membentuk ulang profil kem. “In-nya membuka
di 34º sebelum TMA dan menutup di 58º setelah TMB (durasi 272º).
Lift-nya mencapai 9,3 mm dengan LSA 103º,” beber Kupret.
Sedang kem ex durasinya agak diperkecil
jadi 269º. Membuka di 57º sebelum TMB dan menutup di 32º setelah TMA.
Lift pun dibikin lebih rendah 0,2 mm. Karakter yang dihasilkan, membuat
performa mesin di putaran bawah dan tengah jadi dahsyat. Makanya keluar
masuk tikungan, Blade pacuan Ucil mempu melesat lebih cepat.
Wrrooommmm…!! (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIGigi rasio: Gigi 1 - 4 = 13/31,17/30, 20/28, 23/25
Final gear : 14 – 40 (Sentul kecil)
Magnet : Standar bubut 650 gr
CDI : BRT I-Max 8 step
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
abtu, 03 Mei 2014 09:40 WIB
Modifikasi Honda BeAT 2011 (Subang)
Honda BeAT 2011 Subang, Teknik Apik Biar Cepat Keluar Dari Tikungan Tajam
Penulis : Tining
Foto : GT, Panji
Sirkuit Stadion Maulana
Yusuf, Serang, Banten, tergolong banyak tikungan tajam. Tuner wajib
putar otak berkali-kali buat mengatasi tipikal trek seperti ini.
Menurut Mansuri, mekanik Empush Racing,
kecepatan bukaan setelah melibas tikungan jadi kunci buat atasi trek
seperti itu. Sebaiknya motor cepat teriak ke putaran atas, supaya
setelah nikung bisa keluar lebih cepat lagi," terang Suri, panggilan
mekanik asal Meruya, Jakarta Barat ini.
Hal inilah yang diterapkan Suri ke pacuan
Honda BeAT milik tim CLD Apry Megaprima FDR PSM Empush KYT asal Subang,
Jawa Barat. Untuk itu rasio kompresi mesin harus ditinggikan. Agar cepat
keluar dari tikungan. Untuk BeAT ini, Suri mematoknya di angka 12,8 :
1.
Terjun di kelas 130 cc, piston CLD dengan
diameter 55 mm yang dikawinkan dengan stroke standar yang 55 mm. Volume
silinder pun, kini jadi 130,6 cc.
Tak hanya dari bore up saja yang
digadang-gadang bisa bikin mesin cepat teriak. Bibir piston dibikin
mendem tipis dari bibir blok.
Setelah itu, head silinder dijejali dengan
klep Sonic 28/24 mm yang dipasangkan dengan per klep keluaran
CLD. Agar rpm tinggi setelah tikungan tercapai, pengaturan durasi
buka-tutup klep dimainkan juga. Buat klep in dan ex, durasi bermain di
266 derajat. Lalu, bukaan angkatan klep alias lift klep ditetapkan di
angka 9 mm. Ini berlaku untuk kedua klep. Tujuannya, agar asupan dan
buang sisa pembakaran ikut imbangi kebutuhan mesin yang sudah bore up.
Ditambah lagi, asupan pengabutan bahan
bakar dan udara juga sudah aplikasi karburator Keihin PWK 28 mm. Karbu
ini, diyakini mampu menyemprotkan secara deras bahan bakar Pertamax
Plus. Terutama di putaran bawah.
Agar sisa pembakaran terbuang lancar,
knalpot comot milik CLD. Hasilnya, pacuan yang dibeger Dani Alamsyah ini
berhasil mengumpulkan poin tertinggi di event seri perdana Pertamina
Enduro Nissin BRT Matic Race (PENBMR) 2014 di Serang beberapa waktu
lalu. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIBan depan : FDR 90/80-14
Ban belakang : FDR 90/80-14
Knalpot : CLD Racing
Kampas kopling: CLD Racing
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Senin, 28 April 2014 14:46 WIB
Modifikasi Honda Mega Pro 2008 (Wonosobo)
Honda Mega Pro 2008 Wonosobo, Tiru Sasis KLX 150 Biar Enak Diajak Nyusruk Hutan dan Adventure
Penulis : Andika
Foto : Andika
Sebagai seorang bikers,
Ismono Mondiel termasuk pribadi yang unik. Di sela-sela rutinitas
pekerjaan yang sibuk, pegawai Dinas Pertanahan Kabupaten Wonosobo ini
juga demen nyusruk hutan buat adventure. Asyiknya, semplakan yang
dipilih justru hasil modifikasi. Karena, menurut pria nyentrik ini,
hasil ubahan modifikasi lebih nyaman dipakai adventure. Sebab, bisa
menyesuaikan spek sesuai kebutuhan.
Tak heran jika doi ubah fungsi Honda Mega
Pro jadi model trail. Acuan yang disasar, yaitu permak sasis yang nyaman
dipakai melibas segala medan. “Sedangkan untuk mesin, saya lebih suka
karakter Mega Pro yang memiliki torsi besar. Tapi, untuk kenyamanan
sasis, saya suka karakter handling Kawasaki KLX 150,” cocor pria berusia
56 tahun ini.
Mengejar bentuk sasis yang ringan seperti
KLX 150, pria yang gaul disapa Mondiel ini, tos bro sama Yudi Wiyanto
yang punggawa Santoso Motor (SM) Wonosobo. “Caranya, dengan membuat
sasis baru dengan model KLX 150. Bentuknya ringkas, karena memang
speknya untuk model trail murni. Seperti model sasis utama dari pipa
besi 1,5 inci,” papar modifikator yang punya workshop di Jl. Mayjend
Bambang Sugeng No. 15B, Wonosobo, Jawa Tengah ini
Rancangan sasisnya sesuai postur, kejar
bentuk KLX. Namun, ada penyesuaian dalam aplikasi. Contohnya, sasis
utama dari komstir hingga as lengan ayun memakai pipa bulat, bukan model
kotak seperti KLX. Hal ini, karena memperhitungkan dimensi mesin Mega
Pro yang sedikit besar. Termasuk, dudukan mesin bagian depan yang
nemplok pada down tube baru. Racikannya dibuat mendekap mesin hingga
bagian bawah, sekaligus melindungi mesin dari benturan. Karena, dibuat
bercabang dibagian depan mesin dan menyatu sasis belakang mesin.
Bagian sub frame, dibuat lebih simpel
dengan material pipa besi 3/4 inci. Rancang-bangun, lebih sederhana.
Karena, sasis belakang hanya digunakan sebagai dudukan jok dan tempat
dudukan aki. Namun, secara keseluruhan terlihat dinamis. Apalagi, Yudi
menggabungkan komponen limbah sebagai finishing bentuk agar terlihat
ideal. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIBan depan: Kenda 80/90-21
Ban belakang: Maxxis 100/100-18
Pelek depan: TK 1,60X21
Pelek belakang: TK 2,15X18
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Sabtu, 12 April 2014 17:23 WIB
Modifikasi Yamaha Mio 2008 (Bekasi)
Yamaha Mio 2008 Bekasi, Main di Kompresi Rendah, Eh Malah Jadi Juara
Penulis : Panji
Foto : GT, Panji
Engine FFA di Matic Race
tergolong ekstrim. “Agar bisa menyentuh garis finish wajib tahan selama
balapan,” jelas Anton Solihin alias Anton Bule, manager tim KRS CV Giri
Cilik.
Itulah kunci kemenangan Julio Usmanius di
Pertamina Enduro Nissin BRT Matic Race (PENBMR) 2014 (2/2), kelas Matic
FFA s/d 350 cc. Kala itu digelar di sirkuit dadakan area Parkir Stadion
Maulana Yusuf, Serang.
Podium pertama ini karena endurance yang tinggi. Caranya menerapkan rasio kompresi rendah.
Pakai Pertamax Plus hanya dikasih kompresi
10,5 : 1. Padahal pakai Pertamax Plus, rasio kompresi harusnya bisa
sampai 12,5 : 1. Tapi, supaya aman cukup 10,5 : 1.
Menurut Agus Bule, kompresi segitu didapat
dari isi ruang bakar 23,5 cc. Kemudian volume silindernya 222,5 cc.
Kalau dihitung pakai rumus rasio kompresi hasilnya 10,5 : 1.
“Sedangkan isi silinder 222,5 cc didapat
dari piston diameter 70 mm merek Kawahara. Dikawal stroke standar 57,9
mm,” kata Ricat Hansen, chief mekanik tim yang punya bengkel Cong Speed
212 di Bekasi.
Dengan kompresi rendah, tidak membuat
panas mesin membara. Tekanan di dalam silinder juga tidak terlalu
tinggi. Sehingga tidak mudah overheat dan tidak mudah jebol.
Supaya aman lagi, bibir piston dibikin
mendem 0,5 mm. Sudah termasuk aplikasi paking blok 1 mm namun belum
dipasang paking head. Kalau ditambah paking head 0,3 mm jadinya 0,8 mm.
Jadinya aman.
“Perbandingan kompresi engine dibikin
rendah, tujuannya untuk menghindari over power. Kalau over power, bisa
bikin komponen CVT mudah rusak,” Perbandingan kompresi rendah didapat,
lewat seting
Masuknya bahan bakar, diatur klep in 35 mm
dan ex 30 mm. Kedua klep ini, didorong noken as durasi in-ex 280
derajat. Klep isap membuka 35 sebelum TMA (Titik Mati Atas) menutup 65
setelah TMB (Titik Mati Bawah). Klep buang membuka 65 sebelum TMB dan
menutup 35° setelah TMA. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASISok belakang: Daytona
Ban: FDR Sport XR 90/80-14
CDI: BRT Hyperband
Cakram: Kawahara
Knalpot: CLD
Karburator : Keihin PE 28
Pilot/main-jet: 48/ 145
Roller : 6 gram rata
Rasio : 14/40
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Kamis, 13 Maret 2014 09:04 WIB
Honda Supra X125 2008 (Medan)
Honda Supra X125 Berbekal Mesin Road Race
Penulis : Nurul
Foto : Nurul
Supra X125 yang dipacu
Ridho Pratama mengusung mesin bekas. Tapi, bukan sembarang bekas. Mesin
Supra ini bekas mesin balap road race untuk turun di kelas MP1. Makanya,
Ridho bisa melesat di kelas Bebek 4-tak Senior Senior kejuaraan Sergai
Open Motocross & Grasstrack 2014.
Menurut Bambang Wahyudi selaku tuner tim
PT Siddiq Perkasa Medan, basic ubahan mesinnya masih sama dengan yang
digunakan saat road race. Namun, ada juga beberapa ubahan yang ikut
disesuaikan kebutuhan grasstrack,” tegas mekanik 35 tahun ini.
Seperti magnet, dibuat total loss agar
putaran mesin bisa lebih ringan. Magnetnya masih pakai standar yang
dibubut hingga memiliki berat 450 gram saja. Hasilnya putaran mesin
terasa ringan saat melibas track keriting khas lintasan garuk tanah.
Untuk durasi buka-tutup klep ikut diatur
ulang. Durasi dibuat kembar 276 derajat. Rincinya, klep isap dibuat
membuka 35 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 61 derajat
setelah TMB (Titik Mati Bawah). Sedangkan klep buang, membuka 61 derajat
sebelum TMB, dan menutup 35 derajat setelah TMA.
Penyembur bahan bakar ke dalam silinder,
adopsi karburator Mikuni Sudco TM 28 mm. Pilot jet menggunakan ukuran
27,5 dan main jet-nya pakai ukuran 160.
“Piston pakai punya Supra X125 oversize
100. Strokenya juga masih standar karena ikut ke regulasi MP1 di road
race,” tambah Bambang yang mulai banyak job menggarap mesin grasstrack.
Untuk rasio kompresi mesin dipatok 12 : 1.
Kini lebih rendah jika dibandingkan kompresi mesin saat road race yang
gunakan 13,2 : 1. Ubahan ini membuat kondisi part mesin bisa lebih awet.
Jumlah lap grasstrack yang lebih sedikit dibanding road race juga
menjadi salah satu faktor pendukung kenapa part bisa lebih awet.
Untuk penunjang, rangka asli Supra
dicustom agar bisa lebih kokoh dan pas saat dipakaikan baju Honda CRF
85. Kaki-kaki tak luput dari ubahan. Suspensi depan sudah adopsi model
upside down, dan suspensi belakang pakai part aftermarket agar lebih
mumpuni. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIKnalpot : AHRS
Cover body : Honda CRF 85
Pelek : TK
Upside down : Kawasaki KX 85
CDI : BRT Imax Super Pro
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Rabu, 19 Pebruari 2014 13:09 WIB
Yamaha Jupiter MX 135LC 2006
Modifikasi Yamaha Jupiter MX 135LC 2006 Jakarta, Rongsokan Jadi Juara
Penulis : Panji
Foto : Panji
Ikut Fun Race enggak
butuhkan duit lebih. Namanya juga Fun Race yang penting fun alias
senang. Modal motor dan engine, bisa pakai part yang ada. Mau kenceng?
Bisa manfaatkan part copotan rongsokan dari tim balap beneran. Seperti
yang dilakukan tim ABJ 13 RT. Tim ini, turun di event Fun Race yang
diadakan di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat (26/1). Yamaha Jupiter MX
135LC yang jadi juara di kelas Bebek 4-tak ini, hanya pakai part
rongsokan dari tim ternama.
“Hampir semua part yang nempel adalah
rongsokan bekas pakai tim balap besar. Tentunya agar kencang, develop
engine juga wajib dilakonin,” bilang Muhamad Iqbal Firdaus, yang jadi
tunnernya. Mulai dari engine, sepaket blok silinder yang isinya piston
diameter 62 mm itu, limbahan dari Gery Motor. Tapi, enggak bolt on,
diseting dulu. Piston yang didorong stroke standar 57,8 mm dibikin
mendem 0,2 mm.
Kejar kompresi padat, head silinder
dipapas sekitar 3 mm dan blok silinder diganjar paking 0,5 mm. Hal ini,
hasilkan rasio kompresi mesin 13,9 : 1.
Head ini diisi kem dengan durasi in 248
derajat dan ex 251 derajat. Durasi kem itu untuk atur buka-tutup klep
berukuran in 21 mm dan ex 19 mm. Klepnya pakai punya Honda CBR 250R
dengar lingkar batang 4,5 mm. Menurut Iqbal, pakai klep ini bikin flow
bahan bakar dan gas buang jadi bagus dan endurance sudah teruji.
“Jupiter MX ini diseting agar power keluar
galak mulai dari rpm bawah-tengah. Tapi, putaran atas flat,” jelas
Iqbal. Bantu power di putaran atas, setingan karburator Keihin PE 28 mm
dibikin basah. Makanya, dijejalkan pilot jet 55 dan main jet 128. Agar
bahan bakar dibakar habis, pengapian dibikin advance pakai CDI BRT Dual
Band. Lalu, final gear dipilih ukuran 15/35 mata. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASIBan: FDR MP 76
Pelek belakang: TK 1.60 x 17
Pelek depan: Daichi 1.40 x 17
Cakram: Racing Boy
Sok belakang: KTC
REFERENSI :
www.motorplus-online.com
Selasa, 10 Desember 2013 13:09 WIB
Yamaha Force-1 2004
Modifikasi Yamaha Force-1 2004 Semarang, Tenaganya Beringas di Putaran Atas
Penulis : Niko
Foto : Niko
“Strategiku enggak ngotot ke depan di lap-lap awal,” beber Akbar Taufan yang ngegas Yamaha
Force-1 di Powertrack Purwakarta, Jawa Barat (17/11). Dia kuasai dua
moto kelas Bebek Modifikasi 2-tak Senior dengan kondisi tangannya patah
akibat balapan di Kalimantan, seminggu sebelumnya.
Strategi Akbar cocok dengan karakter motor yang dipakainya. Tunggangannya enggak menganut power besar
di putaran bawah. Jadinya, tenaga Akbar enggak cepat terkuras.
Seandainya karakter motor bertenaga besar saat di gasingan bawah, tangan
Akbar yang cedera pasti sudah cnut...cnut...cnut.
“Ada perubahan di karburator. Sebelumnya pakai karbu
venturi 34 mm. Saya ubah pakai karburator venturi 38 mm. Karena sirkuit
balapan setingkat nasional, panjang-panjang. Akselerasi jadi lebih
cepat dan panjang,” ujar Imam Safi’i, dalang mesin Force-1 yang dipakai
Akbar, dari Semarang, Jawa Tengah.
Dengan karburator ukuran 38 mm pastinya bikin
suplai udara dan bahan bakar akan lebih besar dibanding yang ukurannya
34 mm. “Karena itu, enggak perlu torsi besar seperti motor tahun lalu.
Kelebihannya cuma di sirkuit pendek-pendek,” urai Imam yang terkenal di
jajajaran mekanik road race era di bawah 2008.
Selain pilihan karburator yang besar harus diimbangi reed valve atau katup buluh yang sesuai. Tujuannya supaya suplai bahan bakar sesuai dengan kebutuhan ruang bakar.
“Saya pakai V-Force. Tapi, membrannya diganti
pakai katup buluhnya Yamaha RX-Z. Membran RX-Z lebih kuat dan stabil,”
bilang Imam yang punya bengkel balap bernama Malabar Motor Sport (MMS).
Karena mementingkan suplai bahan bakar yang
besar, kompresi ditekan. “Pokoknya enggak tinggi dibanding sebelumnya
deh. Tinggi lubang buang 26 mm. Sudut squish 14,5 derajat,” tutup Imam yang pernah turun di balapan Asia. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 70/100-19
Ban belakang : IRC 90/100-16
Sok belakang: KYB
Magnet: Yamaha YZ125
Ban depan : IRC 70/100-19
Ban belakang : IRC 90/100-16
Sok belakang: KYB
Magnet: Yamaha YZ125
www.motorplus-online.com
Kamis, 05 Desember 2013 18:03 WIB
Honda Supra X125 2010
Modifikasi : Honda Supra X125 2010 Cibinong, Lebih Presisi Karena Dibikin Dengan Sistem CNC
Penulis : Athaya
Foto : GT, Athaya
Pacuan berkelir putih yang
dipacu Harlan Fadhillah di bawah payung tim Pertamina Enduro BRT Nissin
Cargloss ini satu dari sekian Honda Supra X125 yang mampu mengimbangi
lari New Blade pacuan Owie Nurhuda. Terlihat di seri final Honda Racing
Championship (HRC) di Cimahi, Bandung minggu lalu.
Catatan waktu tercepat pada QTT kelas bebek tune up 125 cc seeded (HRC
1), berhasil dibukukan Harlan di atas motor bertenaga 21,5 dk (diukur
di atas mesin Dynojet 250i) ini, yakni 1 menit 1,258 detik. Harlan juga
sukses finish terdepan di race 2 setelah memanfaatkan jatuhnya Owie beberapa lap menjelang finish di race 2.
“Motor ini peninggalan Rey Ratukore. Tapi,
setingan mesin sudah diubah. Makanya tenaganya bisa naik. Dulu cuma 19
dk lebih,” beber Islahudin, mekanik BRT yang turut menangani oprekan
mesin Supra X125 Harlan.
Kunci naiknya performa terletak pada proses pengerjaan cylinder head dan pembentukan profil kem. “Sudah pakai mesin bubut CNC (Computer Numerik Control). Hasilnya lebih presisi. Sitting klep pakai bahan beryllium yang lebih kuat dan tahan temperatur tinggi,” tukas Tomy Huang, bos BRT.
“Untuk durasi kem in 273º dan out 280º dengan lift 9,1
mm dan LSA di 102º - 108º, tinggal masukin angka derajat kem. Diset
buka dan tutup serta tinggi angkatan klepnya pada CNC-nya. Akan
terbentuk profil kem presisi sesuai hitungan kita,” terang Islahudin.
Begitu pula ketika seting sudut kemiringan
dudukan bos klep, papas head dan bagian-bagian yang butuh kepresisian,
pengerjakan dilakukan CNC. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban : FDR SportMax MP 27, 90/80-17
Sok depan : Kayaba
Sok belakang : Daytona Supershock
Kaliper depan : Nissin 2 piston
Knalpot : R9 Titanium
Karburator : PWK 28 (PJ/MJ 62/112)\
Ban : FDR SportMax MP 27, 90/80-17
Sok depan : Kayaba
Sok belakang : Daytona Supershock
Kaliper depan : Nissin 2 piston
Knalpot : R9 Titanium
Karburator : PWK 28 (PJ/MJ 62/112)\
www.motorplus-online.com
Rabu, 27 November 2013 12:07 WIB
Honda Supra X 125 2013
Modifikasi : Honda Supra X 125 2013 Bandung, Semuanya Kencang!
Penulis : ADV
Foto : Dok M+
Setelah Andi Gilang berjaya di
Honda Racing Championship (HRC) Purbalingga, Jawa Tengah (13/10), kini
giliran rekan setimnya. Aditya Pangestu mendominasi kelas 125 cc Tune up
pemula di HRC Di seri Tegal, Jawa Tengah (3/11).
Selain skill
pembalap yang mumpuni, motor yang ditunggangi pembalap tim Honda Daya
KYT Walini Federal Oil FDR ini juga menjadi salah satu kunci
kemenangannya. "Paling utama setingan motor harus sesuai dengan karakter
pembalap. Untuk tunggangan Aditya, karakter motornya dibuat lembut di
putaran bawah, tetapi bengis di putaran menengah dan atas," ucap Arif
Shetep, mekanik yang meracik motor ini.
Untuk mendongkrak tenaga besar yang dimiliki
Supra X125, piston diubah menggunakan produk Izumi berdiameter 53,4 mm.
Hal ini juga demi menyesuaikan regulasi yang membolehkan kapasitas
silinder hingga 130 cc.
Sesuai dengan regulasi yang mewajibkan
penggunaan bahan bakar beroktan 95, rasio kompresi mesin tidak dipatok
tinggi. Shetep hanya memakai kompresi 12,8 : 1 di tunggangan pembalap
asal Subang, Jawa Barat ini.
Mengatur keluar masuk bahan bakar di ruang silinder, klep diganti menggunakan klep Honda Sonic yang dimodif. Klep in pakai payung klep berdiameter 26 mm, sedangkan klep ex pakai payung 23 mm.
Menyesuaikan dengan ubahan pada payung klep, saluran hisap dan buang ikut dirombak. Lubang bibir klep isap diporting jadi 25,5 mm, sedangkan lubang klep ex dipatok 23 mm.
Durasi noken as disesuaikan. In dibuat
berdurasi 274°. Membuka 34° sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup
60° sebelum TMB (Titik Mati Bawah). Sedangkan klep buang berdurasi 273°.
Hitungannya, membuka 60° sebelum TMB, dan menutup 33° setelah TMA.
"Durasi noken as ini yang membuat motor
bertenaga halus di putaran bawah dan tetap isi di putaran menengah
hingga atas," tegas Shetep. Kombinasi ini lah yang akhirnya membuat
Aditya berdiri di podium tertinggi. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Pelek: Takasago Excel
Ban: FDR 90/80
Knalpot: Custom
Sok belakang: Showa
CDI: BRT
Pelek: Takasago Excel
Ban: FDR 90/80
Knalpot: Custom
Sok belakang: Showa
CDI: BRT
www.motorplus-online.com
FOKUS TENGAH ATAS, KHARISMA KALAHKAN JUPI-Z
Mengingat pada kategori ini begitu dominan penggunaan Yamaha Jupiter Z yang diklaim punya karakter bawaan mesin yang lebih mendukung. “Saya pikir ini tantangan buat kita. Memang butuh riset serius,“ tukas Tauvan Kurniawan, pemilik pacuan yang berkolaborasi dengan tim Kolor Ijo Nganjuk yang dipunggawai Raditya Harya Yuangga, akrab dipanggil Angga.
Catatan penting, kudapacu yang digawangi mekanik Fauzan Rozi (Conk’s Speed) dengan joki andalan Tony Chupank ini mampu mengukir best-time 7,758 detik untuk lintasan 201 meter.
“Kita lebih fokus setting untuk putaran menengah dan atas. Disini peluang besar untuk kalahkan Jupiter Z,“ tegas Fauzan Rozi yang berbasecamp di Jl. Koro Rt. 02 Rw. 04 Kelurahan Bumiayu Kec. Kedung Kandang, Malang, Jatim. Yuk kita cermati lebih jauh rahasia dapur pacunya. Camshfat sebagai part vital ketika kita berbicara kinerja motor bakar 4 langkah diplot pada durasi 277 derajat.
Lebih detailnya, klep masuk membuka 35 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 62 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah). Sedang katup buang, sedikit berbeda. Buka-tutupnya pada angka 63 dan 34 derajat.
“aya fokuskan pada RPM menengah dan atas yang istimewa,“ ujar Fauzan Rozi yang mematok kombinasi klep pada 33 dan 27,5 mm dan lift hingga 9,6 dan 9,7 mm untuk sisi in dan exnya.
Sebelumnya perlu dipahami, langkah bore-up menjadi hal mutlak. Regulasi membatasinya hingga kapasitas 200 cc. Sehubungan hal tersebut, diaplikasi piston Honda Tiger yang sudah dioversize 200 (65,5 mm).
Untuk stroke masih bawaan pabrik hingga jika diukur dengan rumusan Cylinder Volume (CV) didapat silinder sebesar 183,2 cc. Sampai disini, jelas sekali masih ada peluang untuk diperbesar mendekati nilai 200 cc seperti yang sekarang menjadi trend tuner-tuner yang menggarap Jupiter Z.
Menyangkut upgrade tenaga bawah, selain ubahan pada rasio, juga magnet dibubut hingga jauh lebih ringan dengan berat 600 gram saja. Untuk balancer pada sisi gigi primer dibuat 500 gram. “CDI nya pakai BRT I-Max yang 24 step. Titik tertinggi ada di 37 derajat pada RPM 9500, “tambah Fauzan Rozi yang merasa optimal dan safety dengan perbandingan kompresi 13,8 : 1. Kita tunggu saja kejutan ukiran time yang lebih baik | ogy
SPEK KOREKAN :
PISTON : Tiger o/s 200, KARBURATOR : Keihin PWK 33, MAIN JET : 125, PILOT JET : 55, KLEP : 33/27,5 mm, LIFT KLEP : 9,6 (In) dan 9,7 (Ex), PER-KLEP : Jepang, RASIO : 14-32 (I), 19-31 (II), 19-24 (III), 25/25 (IV), CDI : BRT (I-Max), KNALPOT : Cream Pie Jogja, FINAL GEAR : 14-37 (201 meter)
REFERENSI :
ototrend\
SUPRA 125: Noken 273, Magnet YZ125 Semburkan 24 HP
Demikian pula yang dilakoni tuner Danang Wahyudi yang mengawal tim Honda Putra Rinjani Krida NHK IRC MPM yang diback-up Suharyono, akrab disapa Rio selaku owner tim.
“Saat ini kita sedang mencoba aplikasi magnet YZ 125 untuk Supra 125 yang bermain di kelas 125 cc.
Sebelumnya menggunakan magnet standar yang dibubut ulang menjadi lebih ringan. Saya prediksi akan ada kenaikan 1 HP,“ terang Danang Wahyudi yang mensupport pengapian dengan CDI BRT I-Max Super Pro, menegaskan bawah titik tertinggi dari kurve pengapian ialah 38 derajat pada RPM 9000.
Patut dipahami, kudapacu ini menghantarkan Wawan Hermawan di deretan atas klasemen sementara HRC 2011 kelas 125 cc. Kinerja pengapian yang identik dengan SE (Special Engine) ini dipastikan menambah power. Putaran mesin menjadi lebih optimal karena bobot magnet yang lebih ringan.
“Kita pernah coba di Mandala Krida dengan handycap yang biasa buat latihan bisa menembus 18,9 detik. Tarikan bawah lebih responsif, juga tenaga atas lebih cepat diraih dan tidak ada habisnya,“ ujar Wawan Hermawan yang berasal dari Ciamis (Jawa Barat), juga menguasai klasemen sementara HRC 2011 untuk kategori 110 cc. Hanya saja ada beberapa catatan penting yang menjadi PR ke depan.
Bahwa temperatur panas yang dihasilkan kerja pengapian YZ 125 ini, terlebih posisi magnet yang tidak terendam oli kadangkala menimbulkan problem daya tahan perangkat, macam tensioner rantai.
“Tapi ini masih asumsi. Sedang dicarikan solusi terbaik menyangkut daya tahan semua part,“ tukas Danang yang mematok perbandingan kompresi 13,5 : 1 dan setia mengibarkan bengkel Cakra Motosport dan berbasecamp di Bantul, Jogjakarta.
Sampai disini dan seperti yang pernah ditegaskan, maka jangan salah persepsi. Bahwa pengapian itu bukan penentu. Melainkan sebagai finishing dari proses pembakaran. Camshaft tetap menjadi part vital ketika bicara perfoma mesin 4 langkah. Disini menentukan karakter power.
“Durasi ada pada 273 derajat. Buka-tutupnya klep in dan out baik sebelum TMA ataupun TMB dan sebelum TMB dan setelah TMA ada pada 34 dan 59 derajat,“ terang Danang yang mengklaim semburan kudapacu ini mencapai 24 HP saat diukur dynotest.
Lebih lanjut, untuk langkah pembesaran kapasitas silinder sendiri, diadopsi piston diameter 53,4 mm. Alhasil dengan bekal stroke 57,9 mm, didapat volume 129,6 cc yang masih dibawah limit regulasi kelas 125 cc dalam rentang 99 s/d 130 cc. Kita tunggu saja penyempurnaan dari riset pengapian yang dilakukan sehubungan prestasi yang akan diukir. ogy
SPEK KOREKAN
PISTON : Izumi (53,4 mm), KLEP : Sonic (28/23 mm), LIFT KLEP : 9,1 MM, KARBURATOR : PWK 28, MAIN JET : 115, PILOT JET : 62, RASIO : 34-14 (I), 32-18 (II), 24-18 (III) dan 26-23 (IV), PENGAPIAN : YZ 125, CDI : BRT I-Max Super Pro, KNALPOT : AHM, FINAL GEAR : 13-46 (Sirkuit Mandala krida, Jogjakarta).
REFERENSI :
ototrend\
Tahun kedua (2010) kehadiran tim pabrikan Kawasaki IRC NHK Rextor
Manual Tech makin menebar ancaman serius. Sanggup menerobos dominasi
pabrikan Yamaha, Suzuki dan Honda yang notabene lebih dahulu menggeluti
balapan.
Podium jawara beberapa kali hadir. Termasuk juga di persaingan di Motoprix 2010 region II (Jawa). Seperti yang dilakukan pemula berbakat Gupito Kresna asal Jogjakarta hingga berada di barisan terdepan klasemen sementara MP3 (125 cc).
Anyway, tangan dingin mekanik sekaligus owner tim Ibnu Sambodo menjadi unsur signifikan hingga membuat riset kudabesi Kawasaki Edge menjadi lebih singkat untuk muncul ke permukaan dengan bekal tenaga 21 HP (Horse Power).
“Sebagai efek stroke pendek dibanding yang lain, maka fokus utama bagaimana mengupgrade power di RPM bawah-menengah. Utamanya di rentang 5000 hingga 7000,“ terang Pak De, sapaan akrabnya saat dikunjungi otre di bengkelnya Manual Tech, Jl. Kaliurang Km. 8,4 No. 53 Jogjakarta.
Sampai di sini jangan salah persepsi dulu. Konteks di atas berlaku untuk handycap lintasan di beberapa daerah yang cenderung bercirikan semi high-speed. Dominan dengan tikungan sempit dan main-straight kisaran 100-200 meter saja. Ketika bicara sirkuit Sentul atau lainnya yang bermain di RPM tinggi, tentu saja konsepnya berbeda. Kawasaki Edge sendiri memeluk spesifikasi 53 mm x 50,6 mm (diameter x stroke).
“Berdasar pengakuan rider, maka akselerasi agak merepotkan saat ketemu tikungan putar-balik. Aplikasi gigi 1 terlalu liar, pakai gigi 2 kurang bertenaga,“ tutur Pak De yang pernah menuntut ilmu di Tehnik Mesin, juga Elektro di UGM Jogjakarta dan dipastikan sanggup memberikan solusi atas problem tersebut. Sekali lagi, atensi riset tertuju pada langkah mendongkrak tenaga di putaran dibawah RPM 9000.
Camshaft sebagai alat pengatur lalu-lintas gas aktif yang siap dikompresikan diplot dengan durasi 275 derajat. “Buka-tutupnya saat TMA dan TMB berada pada 35 derajat dan 60 derajat. Jadi klep dibuat membuka lebih cepat untuk menggapai output akselerasi dan menutup lebih lama agar power jalan terus,“ tambah Pak De yang beristrikan Dokter Erick Yuane dan sedang menempuh spesialis kandungan di UNS Solo.
“Memang butuh trik juga saat menemui tikungan patah. Jika memang memungkinkan dengan gigi 2, maka RPM harus dibuat menggantung,“ timpal Gupito Kresna yang juga adik kandung road racer senior Bima Aditya.
Noken-as tadi mengatur kinerja klep Sonic yang dimodifikasi ulang dengan ukuran yang efisien pada rumusan 26 mm dan 23,5 mm untuk valve-in dan exnya. Sedang lift atau angkatan klep pada 9,5 mm dengan support per-klep Jepang..
Bagaimana dengan kompresi ? Saat ini dibuat tidak terlalu tinggi dikarenakan masalah kesulitan mencari bahan bakar bensol yang berkualitas. “Cukup pada perbandingan 13,4 : 1. Angka ini justru sangat aman menyangkut dayatahan mesin,“ tegas Pak De yang juga terbukti mampu merenggut prestasi balapan bebek di skala Asia dalam dua tahun belakangan (Underbone 115-4 stroke) lewat joki Hadi Wijaya. | ogy
BERBAGAI PILIHAN RASIO (II & IV)
Trend atau kecenderungan dari pemikiran mekanik lain terfokus pada hitungan rasio yang sama ketika bermain di trek daerah yang beda-beda tipis. Konteks dan celah demikian yang dimanfaatkan kiliker Pak De untuk memaksimalkan kudapacu garapannya.
“Untuk lintasan yang kebanyakan hadir di kompetisi Motoprix, biasanya hadir pilihan lain pada rasio II dan IV,“ tukas Pak De yang pernah mendapat tawaran pabrikan Kawasaki Motor Indonesia (KMI) untuk bermain di level Supersports 600 balapan Asia (Asia Road Racing Championship).
Yuk kita cermati lebih lanjut ! Rasio I yang 31-14 (2,21) dan III di 26-20 (1,3) berlaku setia, sedang rasio II dan IV hadir dengan dua alternatif. Rasio II mulai 29-18 (1,61) dan 30-18 (1,66), sedang rasio IV antara 25-23 (1,08) dan 25-22 (1,13).
Anyway, angka koefisien yang ada dalam tanda kurung dipastikan menunjukkan karakter tenaga. Lebih besar berarti lebih responsif, sedang lebih kecil berarti lebih baik di momen top-speed atau putaran atas. | ogy
SPEK KOREKAN :
KARBURATOR : Mikuni 24, MAIN JET : 210, PILOT JET : 40, KLEP : Sonic (26/23,5 mm), LIFT KLEP : 9,5 mm, CDI : Rextor (Pro Drag), KNALPOT : By Manual Tech Jogjakarta, FINAL GEAR : 13-42 (Mandala Krida, Jogjakarta).
REFERENSI :
ototrend\
ototrend\
Kawasaki Edge Jogja: TEMBUS 21 HP, KANDIDAT KUAT JAWARA PEMULA
Podium jawara beberapa kali hadir. Termasuk juga di persaingan di Motoprix 2010 region II (Jawa). Seperti yang dilakukan pemula berbakat Gupito Kresna asal Jogjakarta hingga berada di barisan terdepan klasemen sementara MP3 (125 cc).
Anyway, tangan dingin mekanik sekaligus owner tim Ibnu Sambodo menjadi unsur signifikan hingga membuat riset kudabesi Kawasaki Edge menjadi lebih singkat untuk muncul ke permukaan dengan bekal tenaga 21 HP (Horse Power).
“Sebagai efek stroke pendek dibanding yang lain, maka fokus utama bagaimana mengupgrade power di RPM bawah-menengah. Utamanya di rentang 5000 hingga 7000,“ terang Pak De, sapaan akrabnya saat dikunjungi otre di bengkelnya Manual Tech, Jl. Kaliurang Km. 8,4 No. 53 Jogjakarta.
Sampai di sini jangan salah persepsi dulu. Konteks di atas berlaku untuk handycap lintasan di beberapa daerah yang cenderung bercirikan semi high-speed. Dominan dengan tikungan sempit dan main-straight kisaran 100-200 meter saja. Ketika bicara sirkuit Sentul atau lainnya yang bermain di RPM tinggi, tentu saja konsepnya berbeda. Kawasaki Edge sendiri memeluk spesifikasi 53 mm x 50,6 mm (diameter x stroke).
“Berdasar pengakuan rider, maka akselerasi agak merepotkan saat ketemu tikungan putar-balik. Aplikasi gigi 1 terlalu liar, pakai gigi 2 kurang bertenaga,“ tutur Pak De yang pernah menuntut ilmu di Tehnik Mesin, juga Elektro di UGM Jogjakarta dan dipastikan sanggup memberikan solusi atas problem tersebut. Sekali lagi, atensi riset tertuju pada langkah mendongkrak tenaga di putaran dibawah RPM 9000.
Camshaft sebagai alat pengatur lalu-lintas gas aktif yang siap dikompresikan diplot dengan durasi 275 derajat. “Buka-tutupnya saat TMA dan TMB berada pada 35 derajat dan 60 derajat. Jadi klep dibuat membuka lebih cepat untuk menggapai output akselerasi dan menutup lebih lama agar power jalan terus,“ tambah Pak De yang beristrikan Dokter Erick Yuane dan sedang menempuh spesialis kandungan di UNS Solo.
“Memang butuh trik juga saat menemui tikungan patah. Jika memang memungkinkan dengan gigi 2, maka RPM harus dibuat menggantung,“ timpal Gupito Kresna yang juga adik kandung road racer senior Bima Aditya.
Noken-as tadi mengatur kinerja klep Sonic yang dimodifikasi ulang dengan ukuran yang efisien pada rumusan 26 mm dan 23,5 mm untuk valve-in dan exnya. Sedang lift atau angkatan klep pada 9,5 mm dengan support per-klep Jepang..
Bagaimana dengan kompresi ? Saat ini dibuat tidak terlalu tinggi dikarenakan masalah kesulitan mencari bahan bakar bensol yang berkualitas. “Cukup pada perbandingan 13,4 : 1. Angka ini justru sangat aman menyangkut dayatahan mesin,“ tegas Pak De yang juga terbukti mampu merenggut prestasi balapan bebek di skala Asia dalam dua tahun belakangan (Underbone 115-4 stroke) lewat joki Hadi Wijaya. | ogy
BERBAGAI PILIHAN RASIO (II & IV)
Trend atau kecenderungan dari pemikiran mekanik lain terfokus pada hitungan rasio yang sama ketika bermain di trek daerah yang beda-beda tipis. Konteks dan celah demikian yang dimanfaatkan kiliker Pak De untuk memaksimalkan kudapacu garapannya.
“Untuk lintasan yang kebanyakan hadir di kompetisi Motoprix, biasanya hadir pilihan lain pada rasio II dan IV,“ tukas Pak De yang pernah mendapat tawaran pabrikan Kawasaki Motor Indonesia (KMI) untuk bermain di level Supersports 600 balapan Asia (Asia Road Racing Championship).
Yuk kita cermati lebih lanjut ! Rasio I yang 31-14 (2,21) dan III di 26-20 (1,3) berlaku setia, sedang rasio II dan IV hadir dengan dua alternatif. Rasio II mulai 29-18 (1,61) dan 30-18 (1,66), sedang rasio IV antara 25-23 (1,08) dan 25-22 (1,13).
Anyway, angka koefisien yang ada dalam tanda kurung dipastikan menunjukkan karakter tenaga. Lebih besar berarti lebih responsif, sedang lebih kecil berarti lebih baik di momen top-speed atau putaran atas. | ogy
SPEK KOREKAN :
KARBURATOR : Mikuni 24, MAIN JET : 210, PILOT JET : 40, KLEP : Sonic (26/23,5 mm), LIFT KLEP : 9,5 mm, CDI : Rextor (Pro Drag), KNALPOT : By Manual Tech Jogjakarta, FINAL GEAR : 13-42 (Mandala Krida, Jogjakarta).
REFERENSI :
ototrend\
TRIMAKASIH UNTUK MOTORPLUS....
tetap semangaaattt..
salam dari kursus mekanik NUANSA MOTOR ENGINEERING SCHOOL
MUARA BUNGO - JAMBI
TELP. 0747 321715 HP. 085266010191
Honda CB150R Juara HRC 2015 Seri Perdana
Meski turun di ajang
Honda Racing Championship (HRC) seri perdana tahun 2015 dengan persiapan
yang minim, namun Honda CB150R yang digas Sudarmono ini bisa bertengger
kokoh di podium 1. Mau tahu rahasia Honda CB150R juara HRC 2015 seri perdana.
“Kita bikin mesin ini dalam waktu sehari, ngejar waktu untuk mengikuti free practice HRC di Sirkuit Brigif, Cimahi, Jawa Barat. Untungnya, untuk ngoprek mesin
motor sport lebih mudah dan jauh lebih murah ketimbang bikin motor
bebek,” ucap Ade Rachmat selaku Chief Mekanik Astra Motor Racing Team.
Yuk, diintip oprekan Honda CB150R juara HRC 2015 seri perdana!
Mengandalkan piston standar yang
berdiameter 63,5 mm, dengan coakan klep masing-masing dibuat lebih dalam
0,5 mm, agar klep tidak mentok pada piston. Coakan ini ditambah, karena
head silinder kena papas 1 mm, serta jarak mendem antara piston dan
bibir blok saat Titik Mati Atas (TMA) dibikin 0,5 mm. Ketika diukur
rasio kompresi mesinnya, didapat 12,9 : 1.
Pengatur buka tutup klep ini dikustom hingga durasi bermain di 289° untuk in dan ex-nya. “Hitungannya, kem in membuka di 37° BTDC (sebelum TMA) dan menutup di 72° ABDC (setelah TMB). Sementara, kem ex membuka 72° BBDC (sebelum TMB) dan menutup di 37° ATDC (setelah TMA). Tinggi angkatan untuk klep in 9,5 mm, sedangkan ex dibikin
lebih rendah, yaitu 9,2 mm. Sedangkan LSA-nya, berada di 107°,” ucap
Ade yang bermarkas di Jl. Bambu Apus Raya No. 100, Jakarta Timur.
Untuk per klepnya, Ade mengandalkan milik
Honda CBR 400. “Per klep ini, punya panjang dan diameter yang sama
dengan standar CB150R. Hanya saja, daya tekan dari per klep CBR 400
lebih keras dari standarnya CB150R,” lanjutnya.
Otak dari mesin injeksi ini, mengandalkan ECU dari Vortex yang dipadukan dengan koil standar. “Timing dibikin seaman mungkin, bahkan AFR dibikin sedikit rich, yaitu 12,1 : 1. Selain itu, pengapiannya dibikin total loss dengan menggunakan magnet kering. Timing lebih akurat, menggunakan magnet kering,” beber Ade yang senyam senyum bisa bikin Honda CB150R juara HRC 2015 seri perdana. (www.motorplus-online.com)
Data Modifikasi :
Ban depan : FDR Sport XR 120/70-17
Ban belakang : FDR Sport MP76 90/80-17
Sok Belakang : Ohlins
Knalpot : WRC
BEDAH MESIN INJEKSI HONDA BLADE 125 JUARA HRC
Boleh disebut kejutan prestasi yang spesial ditengah era pacuan injeksi yang notabene belum banyak yang bertaji. Demikian hasil riset yang dilakukan Anto Fast-Tech, tuner Astra Motor Racing Team Yogyakarta, disingkat ART Yogyakarta. Sukses meraih podium jawara kelas HRC 2 di kompetisi Honda Racing Championship 2015 (HRC 2015) di Sirkuit Alun_Alun Purwodadi, Jawa Tengah.
“Pastinya kita sangat senang dan termotivasi untuk meriset lebih lanjut. Selama ini memang ART Yogyakarta pede dengan pacuan injeksi Blade 125 FI di Kejurnas Motorprix 2015 region Jawa, “ungkap Suroto, akrab disapa Pak Toto selaku manajer tim. Berikut portal ototrend.com mengajak pembaca memahami rahasia dapur pacunya. Tentunya, biar sajian berita lebih variatif. Tidak ala kadarnya, apalagi hanya 3-4 paragraf di era masyarakat yang semakin kritis saat ini.
Diinvestigasi lebih lanjut, ada hal signifkan yang memberikan perubahan penting hingga injeksi Blade 125 ini begitu gahar. “Selama ini injector di throttle-body. Kemudian saya pindahkan di luar dengan velocity pendek model corong. Logika saya, dengan pemindahan ini, maka butiran bahan bakar yang bercampur dengan udara lebih baik. Velocity pendek untuk mengejar tenaga atas, “terang Anto Fast-Tech yang mengaplikasi injektor yang lebih besar milik Honda CBR 250 dan lebih pede dengan perbandingan kompresi 12,4 : 1.
“Tentunya, harus di mapping ulang. Disesuaikan dengan kebutuhan. Saya set-ulang parameter volume-rate pada ECU aRacer. Ini efektif di angka 240 ml/menit. Tentunya hal ini dilakukan dengan berbagai ujicoba, “tambah Anto Fast-Tech yang sementara ini bermain aman dengan limiter pada RPM 13.500.
Bagaimana dengan perangkat camshaft ? Pada mulanya, menggunakan noken-as berbasic Blade 110 yang mengaplikasi karbu dengan durasi tinggi hingga 278-280 derajat. Ini sebagai langkah komparasi alias perbandingan saja. Namun ternyata tidak efektif di berbagai trek daerah yang relatif pendek. Terlalu fokus di RPM atas. Disamping pula, angka limiter RPM tidak terlalu tinggi. Lebih cepat kena limiternya.
“Jadi tenaga agak digeser ke RPM tengah. Saat ini pada durasi 276 derajat, “tambah Anto Fast-Tech yang sedang menguji coba ramuan bobot magnet 350 gram dan balancer 400 gram hingga bisa mendongkrak RPM bawah terlebih saat momen start dan keluar tikungan. Kalau problem tersebut, memang sementara ini menjadi kelemahan pacuan injeksi berbagai merk dibanding sistem karburator yang lebih responsif. | ogy
SPESIFIKASI :
KLEP : BRT (28/23 mm)
LIFT KLEP : 9,2 mm
RASIO : 14-34 (I), 18-32 (II), 21-29 (III) dan 20-22 (IV)
INTAKE : HRP
ECU & AFR : aRacer
INJEKTOR : Honda CBR 250
KNALPOT : DRC Victory
FINAL GEAR : 13-42
REFERENSI ; OTOTREND
FORMASI
paling gress tim Putra Anugrah racing Division, tentu saja siap menjadi
ancaman tim road race Jatim. Terkait dengan kehadiran rider potensial
Tommy Salim yang bergabung di tim ini. Fakta demikian ini tersaji pada
hajatan Djarum Kratingdaeng Road Race Openchampionship, Bojonegoro
silam. Tommy Salim sukses menjadi jawara di kelas MP1 dengan gacoan lama
Jupiter Z.
Lalu apa rahasia mendasar korekan Jupiter Z pacuan Tommy salim yang diarsiteki oleh Heru Kate atau yang biasa disapa Pak de asal Jogja ? Angka durasi noken sengaja menganut durasi 274 derajat (in) dan 272 derajat (ex), yang disuport pemakaian katup 29 mm (in) dan 24 mm (ex). Durasi demikian memang rendah cenderung ke medium, dasarnya bobot Tommy yang lebih berat di 64 Kg.
Konsekuensi demikian ini tentu ditujukan untuk menyajikan angka over lap lebih singkat, meskipun lift katup hingga 9,3 mm. Sehingga, ketika dibandingkan dengan perbandingan kompresi medium di angka 12,7 : 1, inputnya lebih didapat pada penyempurnaan nilai torsi. Sebagai suportnya, suplai gas segar dari Keihin PWK 28 mm yang diaplikasi, diseting pekat di 132 untuk main jet dan 35 pilot jet.
Cuman saat berlaga di kondisi hujan, justru dibuat lebih kering. "Lonjakan rpm mesin agar tetap singkat, mengingat debit oksigen lebih tipis, "cakap Pak de yang menurunkan main jet jadi 122 dan pilot jet 30.
Sedang transfer power mesin, dilayani gigi rasio rapat, dengan perbandingan gigi 1(36-13), 2(29-16) dan gigi 4(26- 23). Bagi Tommy, perbandingan gigi rasio ini masih belum final dalam adaptasi, terkait dengan efek peak power yang dihasilkan. Kadang masih over power, jadi kompensasinya lebih ke persiapan menyiasati ke pemakaian gigi 3 atau 4. "Seperti halnya saat akan menusuk dan keluar tikungan, butuh pakai rolling atau manteng speed, "jelas Tommy.
Sebagai finshingnya, instalasi pengapian menganut sistem DC dan diprogram CDI Rextor, serta disuport koil YZ 125. Untuk kurva pengapian masih terus berkembang dan belum paten. "Sebab, Tommy terus berusaha mencari kurva pengapian yang lebih sempurna, terkait dengan performa speed dan durability performa mesin, "urai Heru . | pid
SPESIFIKASI
KARBU : Mikuni 28 mm
CDI : Rextor
KOIL : YZ 125
KATUP : 29 mm (in) & 24 mm (ex)
KARBU : PWK 28 mm
KNALPOT : PARD
SUSPENSI : KYB
BEDAH MESIN INJEKSI HONDA BLADE 125 JUARA HRC
Boleh disebut kejutan prestasi yang spesial ditengah era pacuan injeksi yang notabene belum banyak yang bertaji. Demikian hasil riset yang dilakukan Anto Fast-Tech, tuner Astra Motor Racing Team Yogyakarta, disingkat ART Yogyakarta. Sukses meraih podium jawara kelas HRC 2 di kompetisi Honda Racing Championship 2015 (HRC 2015) di Sirkuit Alun_Alun Purwodadi, Jawa Tengah.
“Pastinya kita sangat senang dan termotivasi untuk meriset lebih lanjut. Selama ini memang ART Yogyakarta pede dengan pacuan injeksi Blade 125 FI di Kejurnas Motorprix 2015 region Jawa, “ungkap Suroto, akrab disapa Pak Toto selaku manajer tim. Berikut portal ototrend.com mengajak pembaca memahami rahasia dapur pacunya. Tentunya, biar sajian berita lebih variatif. Tidak ala kadarnya, apalagi hanya 3-4 paragraf di era masyarakat yang semakin kritis saat ini.
Diinvestigasi lebih lanjut, ada hal signifkan yang memberikan perubahan penting hingga injeksi Blade 125 ini begitu gahar. “Selama ini injector di throttle-body. Kemudian saya pindahkan di luar dengan velocity pendek model corong. Logika saya, dengan pemindahan ini, maka butiran bahan bakar yang bercampur dengan udara lebih baik. Velocity pendek untuk mengejar tenaga atas, “terang Anto Fast-Tech yang mengaplikasi injektor yang lebih besar milik Honda CBR 250 dan lebih pede dengan perbandingan kompresi 12,4 : 1.
“Tentunya, harus di mapping ulang. Disesuaikan dengan kebutuhan. Saya set-ulang parameter volume-rate pada ECU aRacer. Ini efektif di angka 240 ml/menit. Tentunya hal ini dilakukan dengan berbagai ujicoba, “tambah Anto Fast-Tech yang sementara ini bermain aman dengan limiter pada RPM 13.500.
Bagaimana dengan perangkat camshaft ? Pada mulanya, menggunakan noken-as berbasic Blade 110 yang mengaplikasi karbu dengan durasi tinggi hingga 278-280 derajat. Ini sebagai langkah komparasi alias perbandingan saja. Namun ternyata tidak efektif di berbagai trek daerah yang relatif pendek. Terlalu fokus di RPM atas. Disamping pula, angka limiter RPM tidak terlalu tinggi. Lebih cepat kena limiternya.
“Jadi tenaga agak digeser ke RPM tengah. Saat ini pada durasi 276 derajat, “tambah Anto Fast-Tech yang sedang menguji coba ramuan bobot magnet 350 gram dan balancer 400 gram hingga bisa mendongkrak RPM bawah terlebih saat momen start dan keluar tikungan. Kalau problem tersebut, memang sementara ini menjadi kelemahan pacuan injeksi berbagai merk dibanding sistem karburator yang lebih responsif. | ogy
SPESIFIKASI :
KLEP : BRT (28/23 mm)
LIFT KLEP : 9,2 mm
RASIO : 14-34 (I), 18-32 (II), 21-29 (III) dan 20-22 (IV)
INTAKE : HRP
ECU & AFR : aRacer
INJEKTOR : Honda CBR 250
KNALPOT : DRC Victory
FINAL GEAR : 13-42
REFERENSI ; OTOTREND
Honda Blade 125 Fi 2015 (Yogyakarta)
Rahasia Honda Blade 125 Fi ART Jogja
Penulis : Uje
Foto : Edhot
Pacuan tim Astra Motor Racing Team Yogyakarta yang digas rider
kawakan, Wawan Heramawan, akhirnya berhasil meraih kemenangan
perdananya pada seri VII Kejurnas Motorprix Region 2 di Sirkuit Gery
Mang, Subang, Jawa Barat (2/8). Ini rahasia Honda Blade 125 Fi ART Jogja.
“Sejak seri pertama kami selalu fokus ke upgrade sektor daya tahan mesin. Dan sejak perhelatan HRC Cup Purwodadi, motor memang sudah kencang. Jadi, kami lebih pede untuk menghadapi sisa musim MotorPrix Region 2,” ucap sang kepala mekanik, Muthyanto atau yang biasa kerap disapa Anto Fasttech.
SILINDER
Selain melakukan porting-polish, rahasia Honda Blade 125 Fi ART Jogja yang
digarap Anto juga menggusur piston standar dengan piston keluaran
Kawahara berdiameter 53,4 mm. Sementara, jarak mendem piston saat TMA
dari bibir blok 0,4 mm dan memiliki rasio kompresi mesin 12,2 : 1 untuk
Pertamax Plus.
ECU & THROTTLE BODY
Rahasia Honda Blade 125 Fi ART Jogja menggunakan ECU pakai keluaran ARacer yang dimapping
ulang sesuai karakter sirkuit Gery Mang. “Untuk seri di Subang ini,
saya seting lebih kering di RPM tengah-atasnya. Yaitu di kisaran angka
12,5 : 1. Injektornya, saya pakai punya Honda CBR 250,” tambah Anto.
Lalu, Throttle Body (TB) comot
punya Honda CB150R yang memiliki dimater venturi 28 mm. “Pakai TB ini
lebih cocok ketimbang pakai yang memiliki diameter venturi lebih besar,”
terang Anto.
HEAD
Untuk per klepnya, Anto kustom dari punya Honda Sonic yang kini berukuran 28 mm (in) & 23 (ex). Sementara, pengatur buka-tutup klepnya alias kem juga dikustom ulang dengan durasi 272° baik untuk in maupun ex. Rinciannya, membuka di 35° sebelum TMA dan menutup 57° setelah TMB untuk in dan ex-nya membuka 57° sebelum TMB dan menutup 35° setelah TMA. (www.motorplus-online.com)
Data Modifikasi :
Ban Depan Belakang: FDR MP 57 90/80 - 17
Sok belakang : Kayaba
Knalpot : DRC
ECU: ARacer
Sempat kedodoran pada race pertama, Yamaha Jupiter-Z
besutan Anggi Permana dari Faito Factory Racing, bisa tampil gemilang
di race kedua. Seakan-akan ingin membalaskan dendamnya pada race
pertama. Itu terjadi di kelas Underbone 4-tak 130 cc dalam ajang final
Asia Road Racing Championship Round 6 di sirkuit Internasional Chang,
Buriram, Thailand, baru-baru lalu. Anggi sukses dengan rumus korek Yamaha Jupiter-Z taklukan sirkuit Buriram Thailand.
“Di race kedua, coba ubah strategi. Duet rider Faito Factory Racing ini bermain aman di barisan belakang. Setelah balapan tersisa dua lap terakhir, baru mereka merengsek ke barisan depan,” ucap Miftah Solih, Senior R&D Engineer Faito Factory Racing yang berkantor di Pusat Dagangan Phileo Damansara 2, Petailing Jaya, Selangor, Malaysia.
Nah, mau tau kan rumus korek Yamaha Jupiter-Z taklukan sirkuit Buriram Thailand ? Monggo disimak, bro!
SILINDER.
Rumus korek Yamaha Jupiter-Z taklukan sirkuit Buriram Thailand dengan kapasitas silinder dibikin mendekati batasan akhir, yakni jadi 129,4 cc. Itu setelah bore up pakai piston berdiameter 55,25 mm dari Faito yang sudah jenis forging. Dengan mengatur jarak mendem pinggir piston 0,6 mm dari bibir boring saat berada pada TMA, rasio kompresi terhitung jadi 12,7 : 1.
HEAD SILINDER.
Selanjutnya rumus korek Yamaha Jupiter-Z taklukan sirkuit Buriram Thailand kedua katup diganti lebih gambot. Klep in pakai 29 mm dan ex 24 mm. Pengatur buka-tutup klepnya, diset berdurasi kembar, yaitu 279° untuk in dan ex. “Hitungannya, klep in membuka 38° BTDC (sebelum TMA) dan menutup di 61° ABDC (setelah TMB). Sementara, kem ex membuka 61° BBDC (sebelum TMB) dan menutup di 38° ATDC (setelah TMA). Tinggi angkatan klep in dibentang 9,1 mm dan ex 9,2 mm. Sedangkan LSA-nya berada di 101,5°,” beber Ruhan, selaku mekanik Faito Factory Racing yang juga keponakan dari Hawadis.
KARBURATOR & PENGAPIAN. Untuk part pengabut bahan bakarnya, mengandalkan karburator dari UMA Racing berventuri 28 mm. Dengan ukuran pilot jet 38 dan main jet 118, cocok untuk sirkuit Chang yang saat ibni suhu udaranya tembus 38° Celcius.
Sedang di sektor pengapian, mengaplikasi total loss dengan balancer pakai bikinan Faito. “Balancernya masih prototype. Materialnya dari besi yang punya berat 300 gram,” bisik Miftah Solih. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Dunlop 90/80-17
Ban belakang : Dunlop 100/70-17
Sok belakang : Ohlins
Knalpot : AHM
Yamaha Jupiter-Z 2013 (Malaysia)
Rumus Korek Yamaha Jupiter-Z Taklukan Sirkuit Buriram Thailand
“Di race kedua, coba ubah strategi. Duet rider Faito Factory Racing ini bermain aman di barisan belakang. Setelah balapan tersisa dua lap terakhir, baru mereka merengsek ke barisan depan,” ucap Miftah Solih, Senior R&D Engineer Faito Factory Racing yang berkantor di Pusat Dagangan Phileo Damansara 2, Petailing Jaya, Selangor, Malaysia.
Nah, mau tau kan rumus korek Yamaha Jupiter-Z taklukan sirkuit Buriram Thailand ? Monggo disimak, bro!
SILINDER.
Rumus korek Yamaha Jupiter-Z taklukan sirkuit Buriram Thailand dengan kapasitas silinder dibikin mendekati batasan akhir, yakni jadi 129,4 cc. Itu setelah bore up pakai piston berdiameter 55,25 mm dari Faito yang sudah jenis forging. Dengan mengatur jarak mendem pinggir piston 0,6 mm dari bibir boring saat berada pada TMA, rasio kompresi terhitung jadi 12,7 : 1.
Selanjutnya rumus korek Yamaha Jupiter-Z taklukan sirkuit Buriram Thailand kedua katup diganti lebih gambot. Klep in pakai 29 mm dan ex 24 mm. Pengatur buka-tutup klepnya, diset berdurasi kembar, yaitu 279° untuk in dan ex. “Hitungannya, klep in membuka 38° BTDC (sebelum TMA) dan menutup di 61° ABDC (setelah TMB). Sementara, kem ex membuka 61° BBDC (sebelum TMB) dan menutup di 38° ATDC (setelah TMA). Tinggi angkatan klep in dibentang 9,1 mm dan ex 9,2 mm. Sedangkan LSA-nya berada di 101,5°,” beber Ruhan, selaku mekanik Faito Factory Racing yang juga keponakan dari Hawadis.
KARBURATOR & PENGAPIAN. Untuk part pengabut bahan bakarnya, mengandalkan karburator dari UMA Racing berventuri 28 mm. Dengan ukuran pilot jet 38 dan main jet 118, cocok untuk sirkuit Chang yang saat ibni suhu udaranya tembus 38° Celcius.
Sedang di sektor pengapian, mengaplikasi total loss dengan balancer pakai bikinan Faito. “Balancernya masih prototype. Materialnya dari besi yang punya berat 300 gram,” bisik Miftah Solih. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Dunlop 90/80-17
Ban belakang : Dunlop 100/70-17
Sok belakang : Ohlins
Knalpot : AHM
YAMAHA JUPITER Z - PONOROGO : KOREKAN SPESIAL TOMMY SALIM
Lalu apa rahasia mendasar korekan Jupiter Z pacuan Tommy salim yang diarsiteki oleh Heru Kate atau yang biasa disapa Pak de asal Jogja ? Angka durasi noken sengaja menganut durasi 274 derajat (in) dan 272 derajat (ex), yang disuport pemakaian katup 29 mm (in) dan 24 mm (ex). Durasi demikian memang rendah cenderung ke medium, dasarnya bobot Tommy yang lebih berat di 64 Kg.
Konsekuensi demikian ini tentu ditujukan untuk menyajikan angka over lap lebih singkat, meskipun lift katup hingga 9,3 mm. Sehingga, ketika dibandingkan dengan perbandingan kompresi medium di angka 12,7 : 1, inputnya lebih didapat pada penyempurnaan nilai torsi. Sebagai suportnya, suplai gas segar dari Keihin PWK 28 mm yang diaplikasi, diseting pekat di 132 untuk main jet dan 35 pilot jet.
Cuman saat berlaga di kondisi hujan, justru dibuat lebih kering. "Lonjakan rpm mesin agar tetap singkat, mengingat debit oksigen lebih tipis, "cakap Pak de yang menurunkan main jet jadi 122 dan pilot jet 30.
Sedang transfer power mesin, dilayani gigi rasio rapat, dengan perbandingan gigi 1(36-13), 2(29-16) dan gigi 4(26- 23). Bagi Tommy, perbandingan gigi rasio ini masih belum final dalam adaptasi, terkait dengan efek peak power yang dihasilkan. Kadang masih over power, jadi kompensasinya lebih ke persiapan menyiasati ke pemakaian gigi 3 atau 4. "Seperti halnya saat akan menusuk dan keluar tikungan, butuh pakai rolling atau manteng speed, "jelas Tommy.
Sebagai finshingnya, instalasi pengapian menganut sistem DC dan diprogram CDI Rextor, serta disuport koil YZ 125. Untuk kurva pengapian masih terus berkembang dan belum paten. "Sebab, Tommy terus berusaha mencari kurva pengapian yang lebih sempurna, terkait dengan performa speed dan durability performa mesin, "urai Heru . | pid
SPESIFIKASI
KARBU : Mikuni 28 mm
CDI : Rextor
KOIL : YZ 125
KATUP : 29 mm (in) & 24 mm (ex)
KARBU : PWK 28 mm
KNALPOT : PARD
SUSPENSI : KYB
Honda CB 150R 2015 (Jakarta)
Cukup Setting Gir Honda CB 150R HRC Wahyu Widodo Jadi Raja Sirkuit Kemayoran
Penulis : Uje
Foto : Teguh
Racer sekawakan
Wahyu Widodo, bisa sabet kampiun meski spek motor masih banyak yang
pakai komponen standar. Itu terjadi dalam seri pamungkas Honda Racing
Championship yang dihelat di sirkuit JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat,
Minggu (29/11) lalu. Buktinya, meski setingan motor tidak banyak berubah
sejak seri sebelumnya di Malang, Jawa Timur, Honda CB 150R HRC Wahyu Widodo tetap bisa melesat terdepan.
“Dari seri Malang lalu, kami rasa setingan
motor sudah pas, tak perlu diubah lagi. Bahkan rasio transmisi masih
standar pabrik. Kami cuma naikin satu mata di final gear. Biar lari motor bisa enteng di Kemayoran,” ucap Suhartanto Alias Kupret, mekanik kondang yang garap Honda CB 150R HRC Wahyu Widodo Wahyu dari tim Honda Kawahara Racing IRC-KYT.
SILINDER & KOMPRESI
Durabilty mesin selalu jadi konsen mekanik yang garap Honda CB 150R HRC Wahyu Widodo. Makanya di bagian ini, Kupret menggusur piston standar dengan piston Kawahara ukuran 63,5 mm yang sudah mengusung teknologi forging dan memiliki dome tinggi. Rasio kompresinya setelah pakai piston ini dan penyesuaian pada kubah head, ketemu di angka 12,4: 1 untuk minum Pertamax Plus.
HEAD
Buat mengail asupan gas deras ke ruang bakar, klep diganti pakai keluaran Kawahara juga, dengan diameter 26 mm untuk bagian in dan 22 mm untuk ex. Kemudian pengatur buka-tutup klep dicustom
ulang durasinya jadi 253°, baik in dan ex. Rinciannya, klep in membuka
di 18° sebelum TMA dan menutup 55° setelah TMB. Sementara ex-nya membuka
48° sebelum TMB dan menutup 25° setelah TMA. Sedang lift klep (in dan ex) dibentang sejauh 9 mm.
ECU & DOBEL INJEKTOR
ECU sebagai otak sistem injeksi dan pengapian motor, dipercayakan pada merek aRacer RC1. Debit fuel dikoreksi sampai didapat AFR di angka 12 : 1. Sebelumnya, throttle body standar direamer venturinya dari 30 mm jadi 32 mm agar debit udara yang masuk jadi lebih banyak.
Lalu untuk mengakail agar asupan bensin gak tekor di putaran tinggi, Kupret mengaplikasi double injektor di TB. Kedua inejektor standar CB150R itu dipasang secara paralel. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan: IRC Fasti 90/80-17
Ban belakang: IRC Fasti 110/70 - 17
Sok depan: Showa
Sok belakang: Kawahara
Inilah Suzuki Shooter Juara Umum Denas Road Race
BalapMotor.Net – Jarang melihat Suzuki Shooter mengikuti
ajang balap . Apalagi Suzuki Shooter bisa mematahkan dominasi motor
lainya seperti Honda blade serta Yamaha Jupiter. Nah digelaran final
Access Speed FDR KYT Denas Road Race di Sawah Lunto (17/1) kuda besi
Suzuki Shooter yang ditunggani Ega Fajar Yulian ternyata mampu seperti
itu.
Ega Fajar yang menunggangi
Suzuki Shooter dari tim Bapoeka 32 Pancar 93 Padang ini mampu
mendominasi balapan kemarin. Selain itu Ega juga mampu menjadi juara
umum di kejuaraan ini. Untuk motor sendiri, nih motor ternyata merupakan
motor yang dipacu Ega di beberapa seri Motoprix Sumatera 2015 lalu. Nih
motor merupakan hasil karya dari Acuan mekanik senior asal Medan.
’’Memang
sih secara ubahan tidak ada yang istimewa dari motor ini Cuma di
prepare aja seperti biasa spesifikasi nya juga masih seperti tahun lalu
Cuma yang di ubah dari Sok belakang dari Daytona ganti ke Kayaba
ungu’’ungkap Ega Fajar saat di temui di Markas besar Bapoeka 32 Padang.
Meski
demiian Ega mampu merepotkan para rivalnya yang juga termasuk para
pembalap kondang Sumatera seperti Renggi Lukmana,Aditya anugerah,Ahmad
Villi NST dan hanya Ega satu-satu nya pembalap yang memakai Suzuki.
Motor ini sendiri terbukti tangguh dan tak terkalah kan sejak lepas
start namun di lap-lap terakhir Aditya Anugerah yang tahun ini bakal
balap di Region 2 dan ajang Asia ini sempat memberikan perlawan terhadap
Ega Fajar, namun Ega mampu menyalip kembali hingga Ega mampu Juara di
kelas Utama (MP1-MP2) untuk lebih jelas nya yuk intip spesifikasi motor
ini.
Diameter klep dipakai kepunyaan Honda Sonic yang berukuran 28/24 mm (in/ex)
dengan diameter batang klep 5 mm. Sedangkan untuk durasi kem-nya,
dibikin 275° untuk in dan ex. Hitungannya, kem in membuka di 32° BTDC
(sebelum TMA) dan menutup di 63° ABDC (setelah TMB). Sedang ex-nya
membuka 62° BBDC (sebelum TMB) dan menutup di 35° ATDC (setelah TMA).
Pengapiannya
menggunakan CDI Racing keluaran Produk BRT 24 step . CDI ini terasa pas
dikombinasikan dengan pemantik api alias koil kepunyaan Yamaha YZ 125.
Dan supaya lebih gesit, bobot magnet dibuang. Sekarang menjadi 600 gram,
Terakhit dengan gigi transmisi motor Suzuki Shooter yang Juara di
Sirkuit Kandih Sawahlunto trek yang tikungan ya berkarakter highspeed dan parabolic,. Hitungannya, gigi I (16/41), gigi II (18/30), gigi III (26/31), gigi IV (29/28). [ a2m ]
Data Modifikasi :
Karbulator : Keihin PWK Sudco 28
Pelak : BRT
Ban depan : FDR MP76 90/80-17
Ban belakang : FDR MP76 90/80-17
Sok belakang : Kayaba ungu
Knalpot : AHM
Pelak : BRT
Ban depan : FDR MP76 90/80-17
Ban belakang : FDR MP76 90/80-17
Sok belakang : Kayaba ungu
Knalpot : AHM
Untuk mempelajari lebih lanjut, ayo kita gabung dan mengikuti PELATIHAN
MEKANIK
Di Pusat Pelatihan Mekanik
KURSUS MEKANIK
NUANSA MOTOR ENGINEERING SCHOOL
MUARA BUNGO – JAMBI
Telp. 0747 321715 – Hp. 0852 6601 0191
Untuk modifikasi
/ korek mesin balap dapat langsung ke
BENGKEL
NUANSA MOTOR
MUARA BUNGO –
JAMBI
HP. 085266010191
Kalau bisa
ReplyDeletemotor tua yamaha enak juga sepertinya kalau dioprek.postingnya bgus-bagus banget nih gan,,request modif motor tua yamaha ya gan
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletegan bantu saya modif mesin motor revo 2005 buat di jadikan motor croos dong..
ReplyDeleteGan kl kopling blade gnti pny karisma,tp bak kopling msh stndart & g dikopling tangan bs g gan???
ReplyDeletemantap......eiiiiii
ReplyDeleteKalau sudah bisa membuat mesin sendiri bisa dijadikan bisnis jual mesin ya gan? :D Terimakasih infonya gan :D
ReplyDeleteSelamat malam BOS..
ReplyDeleteYa pasti pada sehat-sehat semuakan, dan dilindungi oleh maha kuasa. Amin
Lansung aja ya bos.
Gini ane mau nanya, lemer karburator jupiter z ganti skep gl 100.
Berapa biayanya BOS.
Terimah kasih
Tolong ya BOS informasinya.
Diameter seher 53,5 langkah 57 berarti pen strok naik berapa mili
ReplyDeleteGmn cara mesin satria 2 tak saya biar tambah mlesat
ReplyDelete