Sahabat mekanik dan pecinta otomotif, sebelum baca kisah ini, sruput kopi dulu biar terang mata kita ya...!!
Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam
mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya
untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu
musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan
ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri
kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya
kepada-Nya.
Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang
cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya. Suatu hari
datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki
yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima
pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara
pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh.
Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat,
ia harus berada dirumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia
itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk
wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada
keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut
jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak
keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai.
Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai
hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam.
Do'a "Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii
khairin" mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru.
Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui
terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya.
Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai
engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan
shalihah.
Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami
akan membawa istri kerumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya
sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju
rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani
kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar
mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana
dikamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan
suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama.
Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang
suami mengawasi dirinya.
Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang
bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak disudut kamar.
Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya
Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik.
Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran
ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala
angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air
matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala
kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi Alhamdulillah. Hanya Allah
yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”
Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta
setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan
tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu
lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan
hidayah kepada suaminya melalui tangannya.
Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan,
malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis.
Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam
dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya
semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini didunia
ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa
kantuk pada suaminya.
Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan
nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut
tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera
terdorong rasa rindu kepada mushallanya dan bergegas menuju tempat
ibadahnya dengan hati melayang.
Sang suami menuturkan,
“Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul
ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya
aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata
masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih
tidur dikamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi
tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir
membangunkannya. Kulihat wajah bersinar ditengah kegelapan, keindahan
yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia
tengah berada diperaduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak
meninggalkan shalat malamnya termasuk dimalam pengantin. Kupertajam
penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk
dan sujud lama sekali. Ia berdiri dihadapan Rabbnya dengan kedua tangan
terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat
cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian
pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul
mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku”
Seusai shalat ia memandang kearah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya.
Masya Allah, SubhanAllah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya
pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih
pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi
kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan
kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan
begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan
bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan
Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati.
Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan
sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdo'a.
Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai
wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur.
Apalagi saat mendengar istrinya berdo'a sambil menangis. Curahan air
matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi,
meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan
istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap ditaman
kenikmatan, dihadapan Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian
adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia
lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah
dilakukan seumur hidupnya.
Inilah buah dari do'a wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir
dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh
lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar dikota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan
termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri
shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata
biasa”. (Ummu Asyrof dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al
Mubarak)
Diambil dan diketik ulang oleh Redaksi dari: Majalah Elfata edisi 08 volume 07 tahun 2007.
KURSUS MEKANIK
NUANSA MOTOR ENGINEERING SCHOOL
MUARA BUNGO –
JAMBI
Telp. 0747 321715
– Hp. 0852 6601 0191