Banyak orang lebih asyik membicarakan
setingan karburator, ukuran pilot jet- main jet, namun seting titik
pengapian secara tepat pada Programmable CDI sama pentingnya untuk
mendapatkan Performa mesin yang handal, irit bbm, dan Akselerasi yang
responsif.
Saat busi memercik dan ledakan terjadi
sangat cepat, sekitar 0,002 detik. Ledakan harus terjadi mendekati
puncak tekanan sesaat piston melewati TMA, sehingga mampu mendorong
keras piston ke bawah liner silinder. Jika pengapian terlalu awal, maka
piston akan seolah di rem saat bergerak ke atas, sebaliknya jika terlalu
lambat maka piston telah bergerak turun dan mengurangi hentakan yang
dihasilkan. Namun agak lambat lebih baik ketimbang pengapian yang
terlalu tinggi, karena bisa menyebabkan detonasi dan kehancuran mesin.
Tepi kenapa kita meletakkan titik nyala
busi sebelum TMA ? Karena seiring putaran mesin semakin tinggi, gerak
piston semakin cepat pula. Oleh karenanya titik pengapian yang
berubah-ubah ( ter – program ) tidak terkunci secara tetap seperti cdi
standard, diharapkan mampu mencegah kehilangan tenaga akibat ledakan
terjadi namun piston sudah bergerak turun jauh. Oleh karenanya memajukan
titik pengapian juga diperlukan. Kemudian bahan-bakar, oktan
bahan-bakar semakin tinggi – berarti semakin dingin dan lambat terbakar,
hal ini juga memerlukan titik pengapian maju. Karburator setingan
kering, kecepatan pembakaran lambat, ini juga membutuhkan titik
pengapian advance.
Untuk detail mesin modifikasi / balap , fakt0r-faktor penting yang mempengaruhi titik ledak pengapian diantaranya adalah :
- Desain dan ukuran kubah ruang bakar
- Durasi noken as
- Posisi letak busi di kubah
- kadar kalori bahan bakar
- Emisi gas buang
- Suhu udara di intake
- Titik ledak aman sebelum terjadinya detonasi
Emisi gas buang memang terpengaruh oleh
pengapian. Meninggikan timing pengapian dapat dipadukan dengan setingan
karburator kering, bisa mengurangi konsumsi bbm secara spesific, tanpa
megurangi responsivitas mesin. Seting pada dynotest dapat memberi
penglihatan bagaimana titik pengapian mempengaruhi emisi , tenaga dan
konsumsi bbm.
Mengatur saat starter dan stasioner.Mesin
dengan kapasitas kecil dan putaran mesin cepat biasanya butuh pengapian
lebih tinggi, kisaran 20 derajat. Mesin bore up dengan kompresi tinggi
mungkin hanya butuh 10 derajat di rpm 1500. Kompresi rasio juga
berpengaruh, mesin dengan kompresi dibawah 10 : 1 , biasanya tidak akan
nendang balik jika di selah meskipun timing pengapian 20 derajat.
Sementara mesin kompresi hingga 11 bisa memakai 15 derajat. Mesin semi
dengan kompresi hingga 12:1 berada di kisaran 12 derajat. Mesin balap
dengan kompresi 13 bahkan bisa memakai dibawah 10 derajat.Timing yang
semakin tinggi hingga di rpm 4,000 bisa dipatok hingga 32 derajat.
Semakin tinggi timing pengapian maka mesin akan memproduksi lebih banyak
torsi, hasilnya meningkatkan kecepatan mesin. Timing pengapian maju
juga akan memproduksi stasioner yang stabil dan lembut.
Saat Melaju
Putaran mesin yang sering kita gunakan
untuk melaju adalah 4000 rpm hingga 10,000 rpm. Mesin korek harian
dengan kompresi 11:1 , dan meminum bahan bakar oktan tinggi maka timing
pengapian yang umum dipakai diantara 35 – 40 derajat. Hanya mesin balap
tertentu dengan kondisi ruang bakar istimewa bisa menghadapi titik ledak
hingga 45 derajat. Keiritan konsumsi bahan bakar dan responsifitas
mesin biasanya sangat dipengaruhi timing pengapian di rentang rpm ini.Mesin
dengan noken as durasi besar juga biasanya membutuhkan timing pengapian
yang semakin maju untuk mengisi jeda mesin ber akselerasi. Setingan
karburator basah biasanya membutuhkan timing pengapian lebih rendah
untuk mengurangi mesin melaju seperti kuda-lumping.
Berakselerasi / Mesin Balap.
Keluaran torsi di tabel dynotest saat
kita gas pol, menentukan titik pengapian yang akan kita benahi. Timing
pengapian tertinggi biasanya kita posisikan pada puncak torsi. Mesin
yang dimodifikasi penuh (balap) mengalami peningkatan kompresi
gila-gilaan, noken as durasi besar, seting karburator basah seringkali
memakai puncak pengapian di 28-36 derajat.
Mesin balap memang mengelurakan tenaga
besar pada maksimum ignition advance sebelum terjadi detonasi, maka
bagaimana cara menentukannya , patoklah di 32 derajat misal di 9.000
rpm, coba di runing, kemudian tambahkan 1 derajat, coba lagi, terus
hingga tidak terasa peningkatan tenaga yang signifikan maka kembalikan
pada titik pengapian 1 langkah sebelumnya. Atau melaui dynotest untuk
hasil lebih presisi, jika terlihat tak ada lagi tambahan tenaga maka
sudah tidak lagi diperlukan pemajuan pengapian. Titik pengapian optimal
adalah, yang tidak menimbulkan detonasi , temperatur gas buang rendah,
dan torsi paling besar.
Untuk mempelajari lebih lanjut, ayo kita gabung dan mengikuti PELATIHAN
MEKANIK
Di Pusat Pelatihan Mekanik
KURSUS MEKANIK
NUANSA MOTOR ENGINEERING SCHOOL
MUARA BUNGO – JAMBI
Telp. 0747 321715 – Hp. 0852 6601 0191
Untuk modifikasi
/ korek mesin balap dapat langsung ke
BENGKEL
NUANSA MOTOR
MUARA BUNGO –
JAMBI
HP. 085266010191
No comments:
Post a Comment